Jumat, 27 Januari 2017

Day 10 #10DaysKF: Janji Pada Diri Sendiri Yang (Seharusnya) Haram Dikhianati ... FINAL


Yeah, akhirnya hari ke-10 #KampusFiksi 10 Days Writing Challenge datang. Sempet telat-telat nih, selama empat hari terakhir. Akhirnya, sampai ujung juga. Mwehehe.

Oke, tema kali ini adalah menuliskan sebuah (duh, ini beberapa buah) hal yang kamu berjanji tidak akan mengulanginya kembali.

Nah, sepertinya empat hal berikut yang saya usahakan untuk nggak saya lakukan lagi, deh. 

1. Bertindak impulsif.
credit: triton-xp.com

Saya merasa diri saya ini butuh mikir lama sebelum mengambil keputusan. Akan tetapi, sekali waktu kalau lihat kesempatan terus kesempatan ini sudah lama saya tunggu, maunya langsung semua beres dalam waktu sekejap. Padahal bisa jadi itu nggak cukup baik buat saya. 

2. Nggak minum air putih setiap kali bangun tidur.
credit: giphy.com

Ayah sering banget ngingetin buat minum air putih sehabis bangun tidur. Saya sering abai, tapi setelah beberapa kali bikin artikel kesehatan dan baca tulisan temen soal manfaat air putih, pengen cinta sama air putih. 

Selama ini sih, memang udah nyaris stop teh, kopi, apalagi soda. Lebih banyak air putih. Tapi takarannya juga masih kurang dari seharusnya, apalagi selepas tidur. 

Kenapa pengen cinta air putih? Soalnya minum air putih sehabis tidur bisa bantu metabolisme tubuh terus buang racun tubuh juga. Dan... bisa bikin langsing katanya. Hahaha.

3. Bermata ijo lihat makan enak (gorengan, cokelat, es krim, dsb)
credit: beirut.com

Nggak pengen ngulangin lagi sih nggak juga, melainkan mengurangi. Pengen lebih diarahkan ke pengen makan makanan lebih sehat kayak buah dan sayuran. Pengennya sih raw food dan nggak bermicin apalagi bergaram, tapi terlalu frontal. Micin sama garam masih enak, gimana dong? Buahaha. 

4. Nggak olahraga.
credit: memecenter.com

Iya, nggak pernah olahraga. Terakhir rutin olahraga pas SMA. Hahaha. Pengen sekarang minimal plank atau olahraga ringan aja, biar badan nggak kaku. Langsing itu bonus. Ho'yaaa :D


Day 9 #10DaysKF: Dear, Ayah... Yang Bikin Kesel Sekaligus Cinta Setengah Mati

"Jadi wanito utomo ya, Nduk." ➖ "Dadi wong wedok ki mbok sing rijik, resikan. Nek resik, mening, kan sedep didelok." ➖ "Sing lembut karo wong lanang. Ojo kaku." ➖ "Sing rukun karo konco, Nduk." ➖ "Mugo Mbak Titin uripe mulyo. Adek2 juga." ➖ "Sing welas asih karo sekitar ya, Nduk." ➖ "Jogo kesehatan ya, Mbak Titin." ➖ "Solate ojo ditinggal. Ngaji sitik2 bar solat ngono lho, Nduk." ➖ "Sholawat trus hatinya siri dzikir." ➖ "Mugo ndang pethuk jodone ya, Nduk. Sing bekti marang Gusti Allah, sayang karo Mbak Titin." ➖ Dia ayah saya. Seperti kamu2 semua yg punya ayah yg dibanggakan, saya juga. Seperti adanya beliau. Dia ayah saya. Dia yg saya jarang bilang cinta dan sayang, tapi sakit kalau ada yg menyakiti beliau. ➖ Dia ayah saya. Moga selalu sehat dan panjang umur barokah melihat kami bertiga tumbuh jadi orang dan melahirkan keturunan yg bisa membanggakan dan barokah #kangenayah . Doa juga terpanjat buat Ibuk. Orang yg sabarnya minta ampun 💋 ➖ Pengen balik kecil ajaaa... masih lihat ayah-ibuk muda 😖 uban ga ada. Ga khawatir juga. Waktu terlalu cepet berlalu. Kamu yg masih kecil, jangan terlalu berharap lekas dewasa. Tak sepenuhnya enak. 😣
A photo posted by agustine w (@agustine_w) on


Hari ke-9 yang telat saya ikuti. Tantangan #KampusFiksi 10 Days Writing Challenge kali ini adalah menulis sebuah surat untuk seseorang.

Oke, surat ini buat ayah. Orang yang bandel dibilangin bahkan sama seisi rumah, kelihatan sangar, kadang bikin sebel, tapi juga saya kasihi. Sialnya, saya nggak mampu ngutarain langsung karena pasti nangis duluan. Nah, pas momen kayak gini kalau kejadian, ayah pasti ikutan mewek. Nggak suka!

Pokoknya buat Ayah... sebenci apa pun saya sama Ayah atas semua yang Ayah lakukan, kesalahan apa pun yang Ayah lakukan, cuma kebaikan yang saya ingat dari Ayah. Pengen saya terapin.

Saya sadar, Ayah nggak sempurna. Saat saya minta sesuatu (dari kecil), nggak Ayah turuti selalu. Membuat saya kudu bersabar, meskipun kadang jengkel juga. Orang lain bisa mendapatkan, kenapa saya nggak? Justru dengan begitu, saya menjadi terlatih untuk bersabar dan berusaha. Mengandalkan restu orangtua dan Tuhan YME. Sambil mengelus dada saya berkata pada diri saya, "Ayah mau saya kuat. Tuhan mau saya hebat."

Ayah... (duh, saya nulis ini sambil usep air mata sama ingus)

Maafin saya atas semua kesulitan yang saya timbulkan, atas luka yang saya torehkan, atas semua yang saya lakukan membuat Ayah kecewa.

Saya berterima kasih sudah segede gini, kalau pulang ke rumah masih dielus kepala saya, tidur nggak selimutan akhirnya diselimutin, kadang ibu diomelin bikin teh atau masakin apalah, diantar-jemput ke tempat penantian bus, dan pokoknya diperlakukan kayak masih sekolah atau kuliah dulu. 

Saya juga berterima kasih, setiap kali Ayah telpon saya saat di perantauan, selalu ada doa "Nduk, semoga segera ketemu jodoh yang sholeh."

Terkadang saya bersyukur belum menikah. Kenapa? Karena saya belum bisa menakar, sejauh apa hati saya kuat untuk jauh dan pindah kewajiban dari kepada ayah-ibu ke suami.

Ayah...

Saya nggak berani berandai-andai suatu hari jauh dari Ayah dan ikut suami. Bukan berarti saya nggak mau berkeluarga tapi saya masih sangat menikmati masa-masa bisa mencurahkan perhatian sama Ayah-Ibu, kendati sekarang saya jauh dari Ayah dan Ibu. 

Maka dari itu, kepengen banget memboyong Ayah dan Ibu dekat sama saya, dan bisa lihat Ayah dan Ibu setiap hari. Soalnya, adik-adik kan, laki-laki. Mereka wajar dan sepatutnya pergi melanglang buana menemukan jati diri mereka. 

Untungnya Ayah dan Ibu nggak melarang juga ya, mereka merantau. Hahaha. Ayah dan Ibu memang orangtua jempolan. Punya hati yang tangguh! Percaya sama anak-anaknya dan nggak pernah berhenti mendoakan kami.

Ayah...

Anakmu ini bahagia dengan pilihannya karena memang ingin berbeda dari yang lainnya.

Anakmu ini ingin mengukir sejarah baik atas namamu dan Ibu.

Anakmu ini memang keras kepala dan seenak udelnya, tapi anakmu ini benar-benar sayang sama Ayah. 

Rabu, 25 Januari 2017

Day 8 #10DaysKF: 5 Opini orang tentang saya yang salah kaprah

Saya bingung ketika baca tema #KampusFiksi 10 Days Writing Challenge hari ke-8 ini. Saya orang yang mudah ketebak, terkenal jujur #pret 😃

Kalau disuruh ngelist opini orang tentang saya yang salah kaprah, kemungkinan berikut ini:


1. Rajin.
credit: quickmeme.com

Oke, saya memang rajin tapi nggak serajin yang dibayangkan orang lain. Nyatanya, ketika saya mengklaim diri rajin, ternyata masih ada orang yang rajin dan rapinya lebih dari saya. 

Seringnya saya juga malas melakukan sesuatu. Sederhana aja, merapikan kamar secara detail tiap pagi sebelum berangkat kerja atau malam sepulang kerja. 

Udah capek, ya cukup nyapu, nggak berdebu, ya udah. Lipat melipat atau rapi merapikan sudut-sudut kamar lain kali aja. Bahkan kalau janji diri sendiri akhir pekan mau beres-beres, ternyata itu terealisasi berbulan-bulan berikutnya. Hahaha. 🙈


2. Kreatif.
credit: giphy.com

Saya bekerja di dunia kreatif, tapi ketika orang menyebut saya pekerja kreatif, rasanya beban tersendiri. Saya bukan tipe orang cerdas yang serta merta mencetuskan ide cemerlang. 

Saya tipe orang yang kudu mikir keras, bahkan termasuk lelet mencetuskan ide. Bahkan untuk yang nggak cemerlang amat. 

Ini kelemahan yang bikin saya minder sekaligus termotivasi pengen ngubah kebiasaan lelet dan males mikir. Ups!


3. Bisa ngenalin karakter orang.
credit: vampirediaries.wikia.com

Opini ini muncul saat orang tahu latar belakang saya pernah mengenyam ilmu psikologi. Padahal ilmu saya cetek banget. Apalagi sekarang sudah cukup jauh 'lari' dari dunia psikologi. 

Tapi jujur, kalau kenal sama orang, saya sering ngamatin tindak tanduknya sih. Terus perlahan membentuk kesan soal orang itu di kepala. Mana yang kudu dijaga jaraknya, mana yang kudu diPDKT-in. Eh! 😉


4. Dikira bukan orang Jawa.
credit: tenor.co

Sebetulnya ini opini paling menggelitik, sih. Sebelumnya saat saya wawancara narasumber ahli keuangan dari Jakarta, nada bicara saya disebut medok sekali. Nah, lain waktu ketika kenalan dengan temannya teman saat liburan ke Solo, katanya nada bicara saya dalam Bahasa Indonesia seakan tidak mencerminkan sama sekali saya orang Jawa. Jadi, mana yang benar? Hohoho.


5. Lupa makan.
credit: thatanimeswagger.tumblr.com

Di kantor saya dikenal sering pulang telat. Biasa, manfaatin fasilitas internet kantor. Hahaha. 

Nah, melihat saya seakan tekun kerja itu--padahal nggak juga--akhirnya temen-temen kantor bilang, "Jangan lupa makan lho, Tin."

Saya tersenyum lebar. Seorang Agustine lupa makan? MITOS!

Saya nggak pernah lupa makan, senyum, dan bahagia. Jadi, saya nggak akan bikin resah orang dekat saya. Mwehehehe.

Day 7 #10DaysKF: Inilah tulisan yang membuat saya kuat


source: akun YouTube Fueled By Ramen

Sebetulnya ada beberapa lagu yang saya sukai kala semangat lagi jatuh merosot ngelesot di tanah. Nah, lagu di atas adalah salah satunya. Paling suka part:


Give em hell, turn their heads
Gonna live life 'til we're dead
Give me scars, give me pain
Then they'll say to me, say to me, say to me
There goes the fighter, there goes the fighter
Here comes the fighter
That's what they'll say to me, say to me, say to me,
This one's a fighter

Nah, selanjutnya, saya akan menuliskan tantangan hari ke-7 #KampusFiksi 10 Days Writing Challenge. Kurang lebih begini.


Kamu kuat, Tin. Apa-apa yang kamu capai sekarang adalah yang kamu inginkan selama ini walaupun ada sedikit pergeseran dari aslinya, bahkan ada yang lebih dari harapan.

Apa yang kamu capai adalah bukti bahwa kamu butuh waktu dan pengorbanan dalam meraih yang kamu mau. Tuhan mau kamu bersabar, berusaha, dan berdoa. Meski ditimpa/dihantam/ditikam beban, Tuhan mau kamu kuat.

Tuhan juga minta kamu lebih percaya hati kecilmu. Beberapa kali sudah terbukti, hati kecilmu tak menghendaki, Tuhan pun tak merestui. 

Tak apa lebih lama menunggu, karena sesuatu yang berharga datangnya memang butuh waktu, butuh pengorbanan. Sebab, dengan demikian tak akan mudah kamu melepaskan.

Kamu sudah membuktikan. Semoga kamu tak berhenti percaya, meyakini Tuhan mengikuti prasangka hambaNya.

Kamu istimewa, Tin. Tak ada yang bisa mengendalikan situasi seperti yang kamu alami sebaik dirimu. Kamu pun tak bisa mengendalikan situasi yang dialami orang lain sebaik mereka melakukan tugasnya sendiri. 

Setiap pribadi punya fungsi dan tugasnya sendiri. Kamu berdiri di tempat yang sudah Tuhan kehendaki.

credit: wifflegif.com

Senin, 23 Januari 2017

Day 6 #10DaysKF: Hal yang Saya Banggakan Tapi Dipandang Remeh Orang Lain



Hari ke-6 #KampusFiksi 10 Days Writing Challenge. Baca temanya langsung bergetar nih dada. Hahaha. Soalnya ini pengalaman emosional sih, ya.

Nah, 1 hal yang mau saya bagi di sini terkait sesuatu yang saya banggakan tapi dianggap remeh orang lain. Hal itu adalah saat saya masuk jurusan IPS kala SMA.

IPS singkatan apa, sih selain Ilmu Pengetahuan Sosial? Ikatan Pelajar Santai? Ya, apa pun itu... sedari awal saya udah ngeklik ke IPS. Hati milih IPS, tapi otak sempet nyuruh ke IPA. 

Saya sempet ngotot milih IPA dengan nilai mepet standar gara-gara ada pikiran jadi bidan/perawat, sesuai arahan ortu. Atau kalau nggak pokoknya kesempatannya lebih luas urusan milih jurusan kuliah, bahkan 'makan' lahan anak IPS. Buahahaha...

Tapi karena hati nggak sreg nurutin saran orangtua ke bidang kesehatan (sama darah orang kecelakaan, denger orang patah tulang, dsb aja langsung lemes), terus IPA menjadi memuakkan dan bikin psikosomatis (ups!), Tuhan mendengar suara hati kecil saya. 💃

Di sini saya mulai percaya bahwa...


Kalau kamu pengen sesuatu tapi hati kecilmu nggak mau, Tuhan nggak akan mengijabah. Tuhan tahu kebahagiaan hakiki buat kamu.

Tsah!

Akhirnya saya merasa terselamatkan ketika menerima raport kenaikan kelas 11, saya justru masuk IPS. Well, di IPS saya ketemu temen-temen yang asyik. Dan, mereka nggak nakal kok. 

Nakal mah bukan perkara jurusan, tapi emang dari anaknya. Eh, anak nakal tuh nggak ada. Anak kurang kasih sayang sih, adanya. Makanya cari muka biar disayang, ups!


credit: globalgrind.com

Justru di IPS saya menemukan semangat belajar. Ya, walau soal Ekonomi sama Akuntansi bikin empet. Mending megang uangnya ajalah, daripada bikin perincian. Eh!


Nah, masuknya saya ke IPS, sih... nggak diomelin orangtua. Orangtua mah, nggak pernah tuh ngomel-ngomel anaknya gagal. Justru Ayah-Ibuk nyuruh belajar dari kegagalan. Punya orangtua begini, bikin kami (saya dan adik2) menempa diri untuk mencari tahu lebih di luar sana. Kami nggak terbiasa 'dikasih' orangtua, jadi kami mencari sendiri. Memang terkadang bikin diri jadi semacam kehilangan arah, tapi justru mendorong kami kenal banyak orang dan dapet banyak pengalaman.

Rasa tentram masuk IPS dan dukungan orangtua bikin saya cuek ajalah sama orang yang ngeremehin saya masuk IPS. Ironisnya sih, orang yang ngeremehin saya itu bude sendiri yang sukanya banding-bandingkan orang. Ukuran suksesnya masih konvensional, kerja di kantoran, kerja di pemerintahan, gaya klimis necis sekseh, gaji berjuta-juta, dan you know what I mean lah ya, temen-temen.

Saya sih, senyum licik (jahat ya?). Saya cuma mau beda dari yang ada. Adik-adik saya juga. Saya mencoba yakin bahwa saya dan adik-adik saya bisa melakukan sesuatu yang baik, lebih, manfaat buat orang lain, dengan cara kami sendiri. Terserah orang mau bilang apa. Yang penting kami ikhlas menjalani, orangtua meridhoi, Tuhan memberkahi.


credit: giphy.com


Saya jadi inget ada kata-kata begini...


Bikinlah orangtua bahagia lihat kita bisa kaya bahagia.

Tolok ukur bahagia orangtua satu dengan yang lain terhadap anaknya beda-beda sih, bukan masalah. Tapi pasti semua orangtua, pengen anak-anaknya bahagia lahir dan batin.

Orangtua saya tidak pernah bilang bahagianya seperti apa, tapi beliau selalu bilang pada kami, ibadah jangan ditinggalin, berbuat baik sama sesama, dan semoga punya kehidupan yang cukup pun barokah. Sepertinya, inilah sumber kebahagiaan mereka melihat kami tumbuh dewasa-menua sesuai dengan apa yang membuat kami bahagia.

Bagi saya, memiliki orangtua yang nggak pernah meremehkan kemampuan anak dan membandingkan anak dengan yang lain, itu anugerah. Tak peduli orang lain justru melakukannya. Bukankah hidup ini tuh kita yang menjalani, Tuhan yang menentukan, orang lain yang mengomentari. Biarin aja orang lain melakukan 'tugasnya', sementara kita akan semakin matang dan tinggi. Itu aja. 😊

Minggu, 22 Januari 2017

Day 5 #10DaysKF: Tulis 3 Film yang Paling Berkesan Buatmu dan Jelaskan Kenapa Berkesan



Huuu... hari ke-5 #KampusFiksi 10 Days Writing Challenge. Dengan tema soal film, hmmm... saya sebenernya hampir nggak pernah nonton film di bioskop. Nunggu aja di TV. Sejauh ini cenderung suka drama serial, sih. Korea lebih tepatnya. Hahaha...

Tapi... bukan berarti nggak pernah ke bioskop, sih. Nah, berikut ini ada 3 film yang paling berkesan buat saya:



1. Eiffel... I'm in Love.
credit: cumicumi.com

Ini pertama kalinya saya nonton di bioskop langsung lihat adegan ciuman pada usia 14 tahun! Buahahaha.

Dan di film inilah saya menemukan role model cowok yang mencuri hati. Adit banget! Jutek tapi hangat. Ups!


2. Seducing Mr. Perfect.
credit: hancinema.net

Setipe dengan Adit yang diperankan oleh Samuel Rizal di Eiffel... I'm in Love, cowoknya di sini, Robin Heiden (Daniel Henney) juga kelihatan dingin tapi aslinya peduli sama orang yang dikasihi. Perfecto!


3. Sang Pencerah.
credit: adithiarangga.wordpress.com

Kalau ini film religi pertama yang saya tonton di bioskop. Saya menemukan pencerahan di sini. Agama yang saya anut ada kalanya saklek tak bisa diutak-atik, ada juga sisi yang mengikuti perkembangan zaman. Adem lihat perjuangan mendiang K.H Ahmad Dahlan yang mencoba memberikan penjelasan logis tentang praktik keagamaan dalam Islam. 

Ada yang bikin saya tercerahkan seketika, perihal pernikahan. Kurang lebih saya memaknainya seperti ini: menikah itu sederhana saja, tak perlu mewah. Sebab, yang terpenting dalam pernikahan adalah kehidupan setelah ijab qabul. Itu PR bagi suami dan istri. 

Semenjak itu saya berprinsip: saya dan calon suami (semoga) punya prinsip sama, menikah sederhana yang penting sah dan barokah. Bahkan kalau perlu syukurannya private :p. 

Bukan nggak mau berbagi kebahagiaan dengan orang lain, tapi kami menikah sekali seumur hidup sampai Tuhan memanggil kami sehingga pengen suasana sakral. Cuma keluarga, kerabat dan sahabat dekat. Ya, ala-ala Rain dan Kim Tae-hee yang benar-benar sederhana. 🙈

Selain itu, OST-nya yang dibawain Nidji bikin mewek, tersentuh haru.




Sabtu, 21 Januari 2017

Day 4 #10DaysKF: Tanpa Sebut Nama, Begini Kisah Saya Bertemu Dengan Dia




Yuhu, hari ke-4 #KampusFiksi 10 Days Writing Challenge datang dengan tema yang bikin bingung. Dia yang mana coba? Tapi kali ini saya coba cerita salah satu yang paling berkesan dan meninggalkan kesan yang ya... cukup baik. 

Ini bukan pertama ketemu ya, tapi pertama lihat dia. Dia siswa SMA. SMA-nya tetangga dengan SMP saya. 

Pertama kali melihat dia saat saya kelas 3 SMP. Kala itu saya naik angkot pulang dan sepintas lihat dia nunggu angkot di depan lapangan di Pare, Kediri. Langsung melototlah saya! Hahaha.


credit: quotesblog.net


"Mas itu cakep juga, ya?" bisik hati saya. Maklumlah ya, anak SMP yang terbilang anyaran kenal lawan jenis.

Selanjutnya saya tahu rumah kami searah. Tapi rumahnya dekat dengan puncak Gunung Kelud sana, jauh dari rumah saya.

Mas-nya bermuka teduh, selain ganteng dan tinggi. Ternyata dia anak voli. Super tinggi! Nyaris 2 meter. Ups! 

Orangnya baik, sopan, ramah lagi. Bikin saya salah tingkah deket dia. Betul-betul nggak keruan. Buahahaha. Dan pernah dia kasih impresi nggak terlupakan yaitu... (ya ampun, ampuni hamba Tuhan kalau bersentuhan yang disertai ser-ser di dada terjadi kala usia hamba masih dini 🙈) saat kami berdua naik angkot bareng pulang sekolah. Rasanya ini awal kami bertatap muka langsung. Hahaha.

Dia yang berada di pojok belakang angkot hendak keluar, mempersilakan penumpang baru untuk masuk mendapatkan tempat duduk. Nah, nggak sengaja telapak tangannya bertumpu di punggung tangan saya saat keluar dari pintu angkot. Saya duduk di pinggir pintu tepat waktu itu. Alamak... langsung deg! dan kegirangan. Hahahaha... *Istighfar banyak2*

Semenjak itulah, saya kepo sama dia. Sampai nanya sopir dan kernet angkot. Hohoho... sampai akhirnya sopir dan kernet angkot sering godain kalau kami naik angkot itu barengan. Hampir tiap hari kami berangkat dan pulang satu angkot. 

Duh, inget zaman itu rasanya saya terlalu agresif sama cowok. Bikin temen deket bawel. "Cewek tuh nggak boleh agresif," semburnya. 


credit: metro.co.uk


Soalnya selain kepo tentang Mas-nya, saya sempet nyamperin ke rumahnya! Ddaarr! Eh, nggak ke rumahnya banget sih. Deket-deket aja. Terus untungnya... Mas-nya mau nemuin. Kalau nggak, malu setengah mampuslah saya. 

Selain itu, dalam tataran agak rendah agresifnya, saya sering kirim salam ke Mas-nya lewat radio. Dan temen2nya si Mas pada tahu dan si Mas nyampein ke saya. Duh, duh, duh... malunya saya. 


credit: gifs-for-swift.tumblr.com


Dalam sejarah hidup saya, 2 kali saya agresif sama cowok. Dan, si Mas ini salah satunya. Gagal pula. Bbah! Nggak agresif juga gagal. #curhatamat yak. 

Ya, sudahlah... tapi saya justru berterima kasih. Oh, saya pernah berani juga, ya. Saya pernah puber juga dan ngerasain asem-manis-pahitnya. 

Jadi, gitu deh... saya termasuk orang yang sekali lihat bisa ngerasa oke nggak sama tuh orang. Dan lagi-lagi, karisma berperan di sini. Si Mas satu ini punya aura teduh. Cowok baik-baik gitulah intinya. Soalnya kalaupun ganteng tapi kesan pertama keluar songongnya, gantengnya runtuh seketika. #yakalidiajugamausamakamutin 


Jumat, 20 Januari 2017

Pengumuman Pemenang #KuisDistanceBlues



Hai, temen2... Apa kabar? 😊

Semoga Jumat ini berkah buat kita semua.

Well, kali ini mau ngepost pengumuman pemenang #KuisDistanceBlues, ya...

Hari Senin (16/1) sampai Kamis (19/1) kemarin udah berlangsung #KuisDistanceBlues di Twitter saya dan @KampusFiksi untuk dapetin novel + notes gratis dari saya. 

Eits, bukan cuma dapet itu, kamu yang beruntung berkesempatan baca bareng sama Mbak @evasrirahayu, author TwiRies dan beberapa novel lain, blogger, sekaligus alumni Kampus Fiksi (KF) 1.




Giveaway dan baca bareng ini saya adain buat ngenalin kembali #DistanceBlues. Mwehehehe. Memang, #DistanceBlues udah 'lahir' nyaris setahun lalu. Tapi nggak apalah ya, saya pengen temen2 baca juga. Hihihi.

Saya pengen ada masukan kembali soal kisah Elmi-Dirga-Rasyad ini. Maka dari itu, acara ini bukan sekadar bagi-bagi buku gratis, melainkan ada baca bareng. Masukan berupa review adalah penghargaan tersendiri bagi saya. Rasanya, juga bagi siapa pun yang memiliki karya. :)

Nah, setelah selama empat hari diadakan #KuisDistanceBlues, akhirnya nemu nih 2 nama pemenang. Bingung sih, awalnya buat milih dari sekitar 30 orang yang ikut. Makasih semuanya... Tapi maaf seribu maaf cuma 2 orang yang berkesempatan kali ini. 

Nah, setelah baca jawaban-jawaban temen2 plus kepo2 Twitter dan blog, saya memutuskan 2 orang berikut yang saya mintai tolong untuk baca dan dengan senang hati mereview #DistanceBlues bareng Mbak @evasrirahayu:




Selamat buat:
1. @marlialvi.

Saya suka jawabannya tentang 'belajar' karena kesannya ada effort untuk memahami dan gimana harus menghadapi kekasih yang mengalami gangguan psikologis.


2. @readarnisha.

Saya merasa jawaban di atas menggebu enggak, lempeng juga enggak. Realistis adalah makna yang tersirat dari jawaban @readarnisha.

Ya, saya tahu, jawaban atas pertanyaan Kalau kekasihmu ternyata punya gangguan psikologis, bertahan di sisinya atau merelakan orang lain mengasihinya? bakal normatif dan seragam, tapi bukan masalah. Saya berharap temen2 juga nggak ngambek ya belum berkesempatan kali ini. Hehehe... 

Sekali lagi selamat buat 2 pemenang. Silakan DM nama, alamat, nomor HP yang aktif ke Twitter saya di @agustine_W ya 😊

Dan, saya sertakan juga aturan untuk Baca Bareng Alumni KF ya ~~~



Terima kasih sekali lagi untuk semua temen2 yang ikutan #KuisDistanceBlues. Moga saya bisa buat lagi giveaway buat buku saya yg lain #tsah 😄🙈

Day 3 #10DaysKF: Sebutkan 5 Hal Yang Ingin Kamu Capai Di Tahun Ini


Hari ke-3 #KampusFiksi 10 Days Writing Challenge, yuhu ~~~

Kali ini diminta menyebutkan 5 hal yang ingin saya capai di tahun 2017. Lima aja, ya? Nggak bisa lebih? Hahahha... 


credit: dribbble.com


Well, saya pengen... 


1. Jalan-jalan ke Semarang, Bandung, dan Bali. 
credit: traveliscolour.com

Semarang, soalnya udah janji sama 3 temen di sana untuk main. Bahkan janjinya ada yang dari setahun lalu. Huhu. 

Bandung, ada janji juga kepengen ke sana. Pengen ngerasain Bandung lebih dari sekadar PKL zaman kuliah. Haha.

Bali... pengen tahu sebagus apa sih, Bali yang sering muncul di TV dan diceritain temen-temen. Mwehehehe.


2. Nulis novel lagi & lolos seleksi redaksi penerbit mayor.
credit: joylovelyjoy.wordpress.com

Semenjak #DistanceBlues, belum nulis lagi. Menyedihkan! 😢

Sudah ada 10% gambaran tapi selalu kena malas. Parah!

Pengennya tahun ini nulis terus lolos seleksi redaksi penerbit. Perkara terbit tahun ini juga atau tahun depan wallahi. Pokoknya pengen lebih ngeluwesin kemampuan nulis fiksi. 


3. Nurunin 5 kilogram berat badan.
credit: giphy.com

Semenjak hidup di Jogja, berat badan membengkak, hwaaaaa... Minimal 5 kg aja dululah... Yang penting sehat pola kehidupan sehari-hari.

Selama ini doyan makan sama tidur. 😂  Kopi sama teh, apalagi soda hampir nggak pernah. Tapi kalau gorengan sama yang manis-manis, juga pedes, nggak bisa lepas. Olahraga juga jarang. Huhu.

Dan poin pentingnya, pengen sehat lahir-batin. 😉


4. Ketemu calon suami.
credit: blog.boundless.com

Ahai bener ya nih kepengenan #4. Hwahahaha. 20 sekian tahun, temen udah pada nikah, bahkan udah punya momongan. Banyak yang udah S2 dan melanglang buana ke berbagai negara. Saya?

Tapi saya tetap senang dengan pencapaian saya sekarang ini. Mungkin jalan saya memang butuh waktu, bukan masalah. Dengan begitu saya bisa menghargai yang saya punyai.

Sebetulnya nggak ngebet nikah cepet juga. Udah dari dulu pengennya, sekolah yang bener, dapet kerjaan yang mantep, terus nikah. Tapi setelah dijalani, dijalani, dijalani... seakan saya nggak punya kendali soal jodoh.

Perkara jadi pinter, nilai bagus, dapet kerjaan sesuai kepengenan itu terasa seperti di dalam kendali, walau memang Tuhan penentu. Tapi soal jodoh, rasanya Tuhan punya kendali penuh.

Wallahi... pengennya membuktikan kembali bahwa...


Tuhan akan mengikuti prasangka hamba-Nya, meski butuh waktu dan pengorbanan

Bukan masalah, selama ini saya sudah menjalani beberapa bagiannya. 😊



5. Punya e-paspor dan motor sendiri.
credit: cermati.com

Ya, ya, ya. E-paspor buat kalau sewaktu-waktu siapa tahu bisa ke LN. Pokoknya punya dulu. Mau ke mana, urusan belakangan. Hahaha. 

Motor... emmm... sebetulnya nggak nyangka sih, akhirnya saya bisa naik motor. Ya, walau matic, itu prestasi 2016 yang nggak terduga, lho. 😇

Saya pikir, bisa naik motor adalah salah satu wujud kemandirian buat saya. Saya nggak perlu nebeng temen, minta anter temen, apalagi ngojek. Bahkan kalau perlu tuh motor saya buat jalan-jalan ke mana aja. Ahai! 😃

Bismillah... semoga tercapai... Tertulis di sini, diikat di langit, Tuhan mengijabah. Aamiin.

Kamis, 19 Januari 2017

Day 2 #10DaysKF: Sebutkan 3 Hal yang Kemungkinan Besar Akan Membuatmu Histeris


Oke, hari ke-2 disertai harapan semangat konsisten ikutan #KampusFiksi 10 Days Writing Challenge. 😊

Tema kali ini tentang hal yang mungkin bikin histeris.

Sejauh ini saya nggak pernah histeris, sih. Orang darah A, sebergejolak apa pun, rasanya kaget pun tampangnya tetap terkendali. Betul nggak? 

Kalaupun sampai saya histeris bisa jadi itu akibat....


1. Ketemu idola. 

Saya bingung sekarang mengidolakan siapa, ya. Secara umur dewasa muda, namanya idola udah nggak bikin histeris saat masih usia remaja, kan ya. 

Tapi sih, kalau bicara idola saya sekarang ini adalah pilot-pilot pesawa tempur AURI. 😍

Sebetulnya kagum sama pilot pesawat tempur AURI tuh sejak SMP apa ya. Tapi nggak pernah kesampaian ketemu. Kediri jauh dari pangkalan militer TNI AU. Adanya di Malang, Madiun, Solo, sama Jogja. Jadi, udah perlahan biasa begitu aja.

Nah, saat "terlempar" hidup di Jogja, bener-bener anugerah! Soalnya bisa deket sama markas TNI AU. Bahkan momen paling nggak terlupakan adalah bersalaman dan foto bareng pilot pesawat tempur pada pertengahan Desember 2015 lalu. Pulangnya, semua temen sekantor diceritain. Cerita sama orangtua dan kedua adik kayak orang lagi kasmaran. Itu prestasi! 😂

Bahkan sekarang ketika bepergian ke arah Solo, pulangnya diusahakan lewat kawasan Berbah, Jogja. Soalnya ngelewatin pintu belakang Akademi AU, Paskhas, sama perumahan TNI AU. Buahahaha. Agak 'sinting' ala remaja gitu, ya? Yasudahlah, ya ~~~ 


2. Ketinggian atau aktivitas pemacu adrenalin yang melibatkan ketinggian.
credit: allthesherlockgifs.tumblr.com

Saya sih, nggak punya trauma sama ketinggian, ya. Tapi dulu kerap banget mimpi kayak mau jatuh dari ketinggian. 

Katanya, dilihat dari sisi psikologi, itu adalah representasi alam sadar/kenyataan yang mana saya nggak bisa/belum bisa mencapai sesuatu yang dipengen akibat rasa takut menuju poin tinggi/kesuksesan dan sejenisnya itu.

Ya, bisa jadi begitu. Saya merasa ada hambatan yang bikin apa yang saya pengen nggak segera tercapai. Belum lagi ada rasa takut. Namun sekarang, perlahan apa yang saya mau ada di tangan. Saya merasa, mimpi itu nggak pernah lagi datang.

Sayangnya sih, kalau sama ketinggian dalam arti sebenarnya masih keder. Naik pesawat oke, sih karena berada di dalam ruangan. Naik Gunung Purba Nglanggeran, Jogja, bisa. Tapi kalau suruh naik tangga berundak puluhan bahkan ratusan anak tangga yang mana kanan kiri seakan nggak ada pembatas, kalau ada pembatas seakan nggak kokoh, atau pemandangannya langsung lepas jurang, duh... matur nuwun. Saya jaga kandang aja.

Bukan histeris lagi, bisa pingsan kalau udah keder. Eh, tapi saya seumur-umur belum pernah pingsan, sih. Nggak berdoa pingsan juga, kok. Hohoho.


3. Dilamar. 💖
credit: teen.com

Sori, pamit ketawa dulu. 😁

Saya nggak yakin juga bakal histeris atau nggak ketika dilamar. Tapi boleh juga tuh histerisnya ditahan dulu ke puncak bukit atau pantai terus teriak sekeras-kerasnya. Yeah, yang berharga memang datengnya butuh waktu dan pengorbanan #uhuk.

Rabu, 18 Januari 2017

DAY 1 #10DaysKF: Jelaskan Bagaimana Tipe Kekasih yang Kamu Dambakan




Uyeah, dapet kabar ada tantangan menulis 10 hari, rasanya terlecut semangat nulis lagi. Walau tiap hari kerjaan nulis juga, tapi beda rasanya kalau ini soal apa yang menyangkut pribadi 😄 #hawahawanarsisterdeteksi #ups.

Soalnya awal tahun 2017 ini bertebaran tantangan menulis 30 hari. Saya yang lemah iman takutnya nggak konsisten. #payahahtin 😄


Well, kali ini saya terima tantangan #KampusFiksi 10 Days Writing Challenge ya.




Kekasih dambaan saya itu... menilik kembali ke masa lalu, ya. Pertama kali saya suka cowok itu zaman SD. Sama kakak kelas, beda dua tingkat. Selanjutnya sama cowok yang usianya ummm... 15 tahun lebih tua kali ya. #gubrakk! #seriously


Terus selanjutnya tergila-gila sama Mas-Mas Sheila On 7, terus akhirnya ke karakter Adit di film legend Eiffel... I'm In Love yang diperankan Samuel Rizal.


Nah, pada intinya... bisa ditarik kesimpulan, cowok idaman saya adalah sebagai berikut:

1. Lebih tua dan dewasa.
credit: moustacheluke.tumblr.com
2. Jutek-jutek ngegemesin bolehlah asal sense of humornya dapet 😉
credit: cumicumi.com

Mau cerita lagi ngefans sama prajurit AURI terkhusus pilot pesawat tempur, nanti dibilang terlalu picky sama cowok. #tsah.


Tapi semakin bertambah usia, perkara tampang memang bukan tolok ukur utama. Hohoho. Saya lebih memilih cowok yang...



3. Karismatik. Soalnya, ganteng belum tentu karismatik, kalau karismatik pasti ganteng. #ehem
credit: popsugar.com

Selanjutnya, selain soal agama (kenapa jadi bawa agama ya? emm... soalnya kekasih di sini udah ngarah ke serius sih pengennya #eh), yang WAJIB dipunya kekasih dambaan adalah...

4. Sayang dan cinta sama keluarga saya, 'emas' dan 'borok'nya, dia kudu nerima. 😇


credit: tenor.co
5. Bersedia saling melengkapi dan menguatkan satu sama lain.
credit: thoughtcatalog.com

Jiah... ini lebih ke pengumuman kriteria suami yang saya cari nggak, sih? Apalah saya ini 🙈


Ya, siapa tahu apa yang tertulis bisa jadi salah satu doa yang diijabah. Aamiin 😉


Sekian...


=========


NB:


Dear, kamu yang jadi jodoh saya...


Semoga nggak mengumpat-umpat apa yang saya tulis ini. Mau berbangga diri silakan, semisal memang cocok sama kamu. 😄