Rabu, 29 April 2009

Prolog (semoga) tanpa Epilog


Alkhamdulillah wasyukurillah... blog ini bisa "hidup" kembali setelah sekian lama saya abaikan -lupa password lebih tepatnya- hehehe. 
Apa kabar, pembaca? Em, saya sebut Anda apa ya? Kawan? Sahabat? Teman? Biar lebih dekat saya panggil Anda “kawan”? Bagaimana?
 Tak ada alasan tertentu sih, hanya perlahan-lahan mendekatkan saya dengan Anda semua tanpa mengalami semacam “guncangan-guncangan”.
Well, blog ini mulanya ingin saya jadikan diary but finally saya berpikir bahwa ada hal-hal pribadi yang tabu untuk dibagi kepada konsumen publik. Akhirnya, ini sebagai wadah saya mengaktualisasikan diri saya seperti pesan moyang Abraham Maslow pada hierarki teratasnya pada teori kebutuhan manusia. Saya merasa saya punya “kelebihan” menulis walau agak berkhayal tapi khayalannya memang tak semenarik imajiner (apa istilah bagi mereka yang suka berimaji? O_o) ya sudah saya putuskan –sejak kelas 1 SMP sih, aslinya- saya akan jadi penulis. Menulis sesukanya, sebosannya tiada henti untuk kepuasan saya pribadi. Syukur kalau ada penerbit yang melirik. ^_^
Menulis. Saya ingin memfokuskan diri pada tulisan cerita fiksi yang bertema jamak: cinta, persahabatan, kehidupan sosial dan sedikit bumbu-bumbu lain yang saya tahu -mungkin- bisa “menghidupkan” cerita-cerita itu. Tapi, bisa jadi saya akan menulis pula tentang puisi atau sekeda prosa biasa. Apapun. Dunia alfabetika. Dunia saya yang terdiri dari bertriliyunan huruf alfabet. Yah, itulah... semoga bermanfaat apa yang telah saya tulis.

                                            خير الناس أنفعهم للناس
Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain (HR. Ahmad, Thabrani, Daruqutni. Dishahihkan Al Albani dalam As-Silsilah As-Shahihah)