Jumat, 27 Januari 2017

Day 10 #10DaysKF: Janji Pada Diri Sendiri Yang (Seharusnya) Haram Dikhianati ... FINAL


Yeah, akhirnya hari ke-10 #KampusFiksi 10 Days Writing Challenge datang. Sempet telat-telat nih, selama empat hari terakhir. Akhirnya, sampai ujung juga. Mwehehe.

Oke, tema kali ini adalah menuliskan sebuah (duh, ini beberapa buah) hal yang kamu berjanji tidak akan mengulanginya kembali.

Nah, sepertinya empat hal berikut yang saya usahakan untuk nggak saya lakukan lagi, deh. 

1. Bertindak impulsif.
credit: triton-xp.com

Saya merasa diri saya ini butuh mikir lama sebelum mengambil keputusan. Akan tetapi, sekali waktu kalau lihat kesempatan terus kesempatan ini sudah lama saya tunggu, maunya langsung semua beres dalam waktu sekejap. Padahal bisa jadi itu nggak cukup baik buat saya. 

2. Nggak minum air putih setiap kali bangun tidur.
credit: giphy.com

Ayah sering banget ngingetin buat minum air putih sehabis bangun tidur. Saya sering abai, tapi setelah beberapa kali bikin artikel kesehatan dan baca tulisan temen soal manfaat air putih, pengen cinta sama air putih. 

Selama ini sih, memang udah nyaris stop teh, kopi, apalagi soda. Lebih banyak air putih. Tapi takarannya juga masih kurang dari seharusnya, apalagi selepas tidur. 

Kenapa pengen cinta air putih? Soalnya minum air putih sehabis tidur bisa bantu metabolisme tubuh terus buang racun tubuh juga. Dan... bisa bikin langsing katanya. Hahaha.

3. Bermata ijo lihat makan enak (gorengan, cokelat, es krim, dsb)
credit: beirut.com

Nggak pengen ngulangin lagi sih nggak juga, melainkan mengurangi. Pengen lebih diarahkan ke pengen makan makanan lebih sehat kayak buah dan sayuran. Pengennya sih raw food dan nggak bermicin apalagi bergaram, tapi terlalu frontal. Micin sama garam masih enak, gimana dong? Buahaha. 

4. Nggak olahraga.
credit: memecenter.com

Iya, nggak pernah olahraga. Terakhir rutin olahraga pas SMA. Hahaha. Pengen sekarang minimal plank atau olahraga ringan aja, biar badan nggak kaku. Langsing itu bonus. Ho'yaaa :D


Day 9 #10DaysKF: Dear, Ayah... Yang Bikin Kesel Sekaligus Cinta Setengah Mati

"Jadi wanito utomo ya, Nduk." ➖ "Dadi wong wedok ki mbok sing rijik, resikan. Nek resik, mening, kan sedep didelok." ➖ "Sing lembut karo wong lanang. Ojo kaku." ➖ "Sing rukun karo konco, Nduk." ➖ "Mugo Mbak Titin uripe mulyo. Adek2 juga." ➖ "Sing welas asih karo sekitar ya, Nduk." ➖ "Jogo kesehatan ya, Mbak Titin." ➖ "Solate ojo ditinggal. Ngaji sitik2 bar solat ngono lho, Nduk." ➖ "Sholawat trus hatinya siri dzikir." ➖ "Mugo ndang pethuk jodone ya, Nduk. Sing bekti marang Gusti Allah, sayang karo Mbak Titin." ➖ Dia ayah saya. Seperti kamu2 semua yg punya ayah yg dibanggakan, saya juga. Seperti adanya beliau. Dia ayah saya. Dia yg saya jarang bilang cinta dan sayang, tapi sakit kalau ada yg menyakiti beliau. ➖ Dia ayah saya. Moga selalu sehat dan panjang umur barokah melihat kami bertiga tumbuh jadi orang dan melahirkan keturunan yg bisa membanggakan dan barokah #kangenayah . Doa juga terpanjat buat Ibuk. Orang yg sabarnya minta ampun 💋 ➖ Pengen balik kecil ajaaa... masih lihat ayah-ibuk muda 😖 uban ga ada. Ga khawatir juga. Waktu terlalu cepet berlalu. Kamu yg masih kecil, jangan terlalu berharap lekas dewasa. Tak sepenuhnya enak. 😣
A photo posted by agustine w (@agustine_w) on


Hari ke-9 yang telat saya ikuti. Tantangan #KampusFiksi 10 Days Writing Challenge kali ini adalah menulis sebuah surat untuk seseorang.

Oke, surat ini buat ayah. Orang yang bandel dibilangin bahkan sama seisi rumah, kelihatan sangar, kadang bikin sebel, tapi juga saya kasihi. Sialnya, saya nggak mampu ngutarain langsung karena pasti nangis duluan. Nah, pas momen kayak gini kalau kejadian, ayah pasti ikutan mewek. Nggak suka!

Pokoknya buat Ayah... sebenci apa pun saya sama Ayah atas semua yang Ayah lakukan, kesalahan apa pun yang Ayah lakukan, cuma kebaikan yang saya ingat dari Ayah. Pengen saya terapin.

Saya sadar, Ayah nggak sempurna. Saat saya minta sesuatu (dari kecil), nggak Ayah turuti selalu. Membuat saya kudu bersabar, meskipun kadang jengkel juga. Orang lain bisa mendapatkan, kenapa saya nggak? Justru dengan begitu, saya menjadi terlatih untuk bersabar dan berusaha. Mengandalkan restu orangtua dan Tuhan YME. Sambil mengelus dada saya berkata pada diri saya, "Ayah mau saya kuat. Tuhan mau saya hebat."

Ayah... (duh, saya nulis ini sambil usep air mata sama ingus)

Maafin saya atas semua kesulitan yang saya timbulkan, atas luka yang saya torehkan, atas semua yang saya lakukan membuat Ayah kecewa.

Saya berterima kasih sudah segede gini, kalau pulang ke rumah masih dielus kepala saya, tidur nggak selimutan akhirnya diselimutin, kadang ibu diomelin bikin teh atau masakin apalah, diantar-jemput ke tempat penantian bus, dan pokoknya diperlakukan kayak masih sekolah atau kuliah dulu. 

Saya juga berterima kasih, setiap kali Ayah telpon saya saat di perantauan, selalu ada doa "Nduk, semoga segera ketemu jodoh yang sholeh."

Terkadang saya bersyukur belum menikah. Kenapa? Karena saya belum bisa menakar, sejauh apa hati saya kuat untuk jauh dan pindah kewajiban dari kepada ayah-ibu ke suami.

Ayah...

Saya nggak berani berandai-andai suatu hari jauh dari Ayah dan ikut suami. Bukan berarti saya nggak mau berkeluarga tapi saya masih sangat menikmati masa-masa bisa mencurahkan perhatian sama Ayah-Ibu, kendati sekarang saya jauh dari Ayah dan Ibu. 

Maka dari itu, kepengen banget memboyong Ayah dan Ibu dekat sama saya, dan bisa lihat Ayah dan Ibu setiap hari. Soalnya, adik-adik kan, laki-laki. Mereka wajar dan sepatutnya pergi melanglang buana menemukan jati diri mereka. 

Untungnya Ayah dan Ibu nggak melarang juga ya, mereka merantau. Hahaha. Ayah dan Ibu memang orangtua jempolan. Punya hati yang tangguh! Percaya sama anak-anaknya dan nggak pernah berhenti mendoakan kami.

Ayah...

Anakmu ini bahagia dengan pilihannya karena memang ingin berbeda dari yang lainnya.

Anakmu ini ingin mengukir sejarah baik atas namamu dan Ibu.

Anakmu ini memang keras kepala dan seenak udelnya, tapi anakmu ini benar-benar sayang sama Ayah. 

Rabu, 25 Januari 2017

Day 8 #10DaysKF: 5 Opini orang tentang saya yang salah kaprah

Saya bingung ketika baca tema #KampusFiksi 10 Days Writing Challenge hari ke-8 ini. Saya orang yang mudah ketebak, terkenal jujur #pret 😃

Kalau disuruh ngelist opini orang tentang saya yang salah kaprah, kemungkinan berikut ini:


1. Rajin.
credit: quickmeme.com

Oke, saya memang rajin tapi nggak serajin yang dibayangkan orang lain. Nyatanya, ketika saya mengklaim diri rajin, ternyata masih ada orang yang rajin dan rapinya lebih dari saya. 

Seringnya saya juga malas melakukan sesuatu. Sederhana aja, merapikan kamar secara detail tiap pagi sebelum berangkat kerja atau malam sepulang kerja. 

Udah capek, ya cukup nyapu, nggak berdebu, ya udah. Lipat melipat atau rapi merapikan sudut-sudut kamar lain kali aja. Bahkan kalau janji diri sendiri akhir pekan mau beres-beres, ternyata itu terealisasi berbulan-bulan berikutnya. Hahaha. 🙈


2. Kreatif.
credit: giphy.com

Saya bekerja di dunia kreatif, tapi ketika orang menyebut saya pekerja kreatif, rasanya beban tersendiri. Saya bukan tipe orang cerdas yang serta merta mencetuskan ide cemerlang. 

Saya tipe orang yang kudu mikir keras, bahkan termasuk lelet mencetuskan ide. Bahkan untuk yang nggak cemerlang amat. 

Ini kelemahan yang bikin saya minder sekaligus termotivasi pengen ngubah kebiasaan lelet dan males mikir. Ups!


3. Bisa ngenalin karakter orang.
credit: vampirediaries.wikia.com

Opini ini muncul saat orang tahu latar belakang saya pernah mengenyam ilmu psikologi. Padahal ilmu saya cetek banget. Apalagi sekarang sudah cukup jauh 'lari' dari dunia psikologi. 

Tapi jujur, kalau kenal sama orang, saya sering ngamatin tindak tanduknya sih. Terus perlahan membentuk kesan soal orang itu di kepala. Mana yang kudu dijaga jaraknya, mana yang kudu diPDKT-in. Eh! 😉


4. Dikira bukan orang Jawa.
credit: tenor.co

Sebetulnya ini opini paling menggelitik, sih. Sebelumnya saat saya wawancara narasumber ahli keuangan dari Jakarta, nada bicara saya disebut medok sekali. Nah, lain waktu ketika kenalan dengan temannya teman saat liburan ke Solo, katanya nada bicara saya dalam Bahasa Indonesia seakan tidak mencerminkan sama sekali saya orang Jawa. Jadi, mana yang benar? Hohoho.


5. Lupa makan.
credit: thatanimeswagger.tumblr.com

Di kantor saya dikenal sering pulang telat. Biasa, manfaatin fasilitas internet kantor. Hahaha. 

Nah, melihat saya seakan tekun kerja itu--padahal nggak juga--akhirnya temen-temen kantor bilang, "Jangan lupa makan lho, Tin."

Saya tersenyum lebar. Seorang Agustine lupa makan? MITOS!

Saya nggak pernah lupa makan, senyum, dan bahagia. Jadi, saya nggak akan bikin resah orang dekat saya. Mwehehehe.

Day 7 #10DaysKF: Inilah tulisan yang membuat saya kuat


source: akun YouTube Fueled By Ramen

Sebetulnya ada beberapa lagu yang saya sukai kala semangat lagi jatuh merosot ngelesot di tanah. Nah, lagu di atas adalah salah satunya. Paling suka part:


Give em hell, turn their heads
Gonna live life 'til we're dead
Give me scars, give me pain
Then they'll say to me, say to me, say to me
There goes the fighter, there goes the fighter
Here comes the fighter
That's what they'll say to me, say to me, say to me,
This one's a fighter

Nah, selanjutnya, saya akan menuliskan tantangan hari ke-7 #KampusFiksi 10 Days Writing Challenge. Kurang lebih begini.


Kamu kuat, Tin. Apa-apa yang kamu capai sekarang adalah yang kamu inginkan selama ini walaupun ada sedikit pergeseran dari aslinya, bahkan ada yang lebih dari harapan.

Apa yang kamu capai adalah bukti bahwa kamu butuh waktu dan pengorbanan dalam meraih yang kamu mau. Tuhan mau kamu bersabar, berusaha, dan berdoa. Meski ditimpa/dihantam/ditikam beban, Tuhan mau kamu kuat.

Tuhan juga minta kamu lebih percaya hati kecilmu. Beberapa kali sudah terbukti, hati kecilmu tak menghendaki, Tuhan pun tak merestui. 

Tak apa lebih lama menunggu, karena sesuatu yang berharga datangnya memang butuh waktu, butuh pengorbanan. Sebab, dengan demikian tak akan mudah kamu melepaskan.

Kamu sudah membuktikan. Semoga kamu tak berhenti percaya, meyakini Tuhan mengikuti prasangka hambaNya.

Kamu istimewa, Tin. Tak ada yang bisa mengendalikan situasi seperti yang kamu alami sebaik dirimu. Kamu pun tak bisa mengendalikan situasi yang dialami orang lain sebaik mereka melakukan tugasnya sendiri. 

Setiap pribadi punya fungsi dan tugasnya sendiri. Kamu berdiri di tempat yang sudah Tuhan kehendaki.

credit: wifflegif.com