Senin, 25 Mei 2009

cerpen "Haram Membiarkanmu Bahagia"


Haram Membiarkanmu Bahagia

Kali ini kusadari/ Aku telah jatuh cinta/ Dari hatiku terdalam/ Sungguh aku cinta padamu
Cintaku bukanlah cinta biasa/ Jika kamu yang memiliki/ Dan kamu yang temaniku seumur hidupku
Terimalah pengakuanku/ Percayalah kepadaku/ Semua ini kulakukan/ Karena kamu memang untukkuS
Cintaku bukan cinta biasa/ Jika kamu yang menemani/ Dan kamu yang temaniku seumur hidupku
Terimalah pengakuanku
(Afgan-Bukan Cinta Biasa)

Niar tengah bengong membayangkan gimana senengnya dia nanti saat ketemu idolanya, Afgan yang akan mengadakan meet and greet di sebuah café ternama di Surabaya. Namun, tiba-tiba ia membau cairan seperti bau es cendol membasahi kepalanya.
“ROCKYYYY……………..!!!!!!!” teriak Niar setelah mengetahui siapa orang yang kurang ajar menumpahkan es ke kepalanya.
“Jadi orang jangan suka ngayal tinggi-tinggi! Nyadar dong, kalo miskin!” komentar Rocky mengejek Niar.
“Apa lo?!” tanya Niar garang.
”Apa lo?!” tanya balik Rocky.
“Kagak bisa ngebiarin orang hidup bahagia sedikit ya, lo? AWAS!!!” ancam Niar.
“Kebanyakan omong lo!”
“Dasar orang sinting, gila, nggak waras, Schizophrenia, nggak penuh….,”. Niar terus mencaci Rocky sedang Rocky hanya menjulur-julurkan lidahnya.
yyy
Niar sebal setengah mampus sama Rocky. Senior gila dengan rambut gimbal, pede yang tinggi, dan nggak pernah bisa diem untuk membuat hidup orang susah. Sialnya, Niar harus menjadi salah satu korbannya.
Alkisah Niar adalah mahasiswa baru di fakultas Psikologi universitas ternama di Surabaya. Saat OSPEK, Niar selalu membuat onar dengan melakukan banyak kesalahan mulai dari selalu datang terlambat, nggak pakai keplek identitas, nggak ngumpulin tugas dan masih banyak lagi. Dan hal ini membuat Niar harus selalu beurusan dengan Rocky salah seorang senior yang menjabat sebagai KOMDIS (Komisi Disiplin). Ternyata perselisihan nggak berakhir saat OSPEK selesai namun berlanjut setelah Rocky mengetahui bahwa Niar adalah anak penjual sayur keliling langganan ibunya.
Niar menyusuri jalan setapak menuju rumahnya setelah naik angkot selama 15 menit. Niar memasang tampang manyun sembari menendang-nendangkan sepatunya ke udara. Masih merutuki kejahilan Rocky. Namun, kusutnya wajah niar berubah drastis sore harinya saat ia berangkat menuju café dimana sang idola akan unjuk gigi. Niar rela berdesak-desakkan naik bus kota dan berebut tempat duduk terdepan saat di café demi sang idola hati. Tapi apa yang didapat Niar sesampainya di café bener-bener nggak sesuai dengan payahnya usahanya untuk sampai ke café itu. Ternyata Afgan gagal dateng! Betapa kepala Niar sudah berrtanduk dengan wajahnya yang begitu memerah panas. Bisa dibayangkan betapa jengkelnya Niar.
Niar pulang dengan wajah dua kali lipat lebih kusut ketimbang perlakuan Rocky tadi di kampus. Tiba-tiba ada mobil yang berhenti tepat di depan Niar. Dan Niarpun langsung bisa mengenali siapa yang mengendarai mobil dengan suara bising itu.
“Gue bilang juga apa? Penjual sayur nggak pantes ketemu artis! Ngeyel sih, lo!” ejek si pengemudi mobil itu.
“Kenapa sih, lo nggak ngebiarin gue hidup bahagia sekali aja?” tanya Niar sewot.
“Haram bagi gue ngebiarin elo hidup bahagia!” balas Rocky sewot.
Niar menghampiri Rocky dan memaksanya keluar dari mobil Hartop-nya.
“Turun lo! Turun, cepetan! Turun!” perintah Niar sambil menarik kerah baju Rocky bak preman.
“Apa-apaan sih, lo?” tanya Rocky.
Setelah Rocky turun dari mobil, Niar langsung menarik hidung Rocky, menjambak rambutnya, memukulinya sampai Rocky mengerang kesakitan. Dan yang terakhir, Niar menonjok Rocky.
“BBUUKK…!!!”
“Elo gila, ya?” seru Rocky.
“Elo yang gila! Elo selalu menganiaya gue. Mau elo apa, sih?” tanya Niar balik yang tak kalah marah.
“Karena elo pantes digituin!” jawab Rocky.
Nggak rasional banget alasan elo. Idiot ya elo?”
“Enak aja ngatain orang idiot. Ya, rasional aja,” kilah Rocky membela diri.
Nggak rasional!”
“Rasional!”
Nggak!”
“Rasional!”
Adu mulut mereka berhenti saat bibir Rocky berdarah.
“Mulut elo, tuh!” kata Niar.
“Kenapa?” tanya Rocky sambil meraba bibirnya.
“Gara-gara elo, sih!” tuduh Rocky.
“Elo duluan yang mulai!” elak Niar.
“Nih, buat membersihkan luka elo!” kata Niar sambil menyerahkan tissu pada Rocky.
“Bersihin, dong!” pinta Rocky menggoda.
“Jangan aneh-aneh! Mau gue tonjok lagi?”
“Eh, jangan, jangan! Jahat banget sih, bantu ngobatin aja pelit banget.”
Dan akhirnya mereka pulang. Rocky mengantar Niar pulang karena hari sudah larut malam.
yyy
Keesokan paginya, Niar berjualan sayur keliling menggantikan ibunya yang sedang mendapat orderan masak di sebuah hajatan milik tetangganya. Niar sengaja berhenti di depan rumah Rocky sambil berteriak,” Sayur! Sayur!”.
“WOY, BERISIK!” teriak Rocky dari dalam rumah tanpa menampakkan batang hidungnya.
“Sayur! Sayur!” teriak Niar sekali lagi.
“MAMA NGGAK ADA, JADI NGGAK BELI SAYUR!” teriak Rocky sekali lagi.
Mendengar jawaban Rocky, Niar mendorong lagi gerobaknya. Tapi sial, Niar terserempet mobil hingga Niar terpelanting dan terluka, gerobaknya pun porak poranda. Rocky yang kaget dengan suara tabrakan tadi dengan segera berlari keluar rumah menghampiri Niar. Ia pun segera membopong Niar ke dalam rumahnya.
“Aduh, lembut sedikit dong!” pinta Niar saat Rocky mengobati luka di lututnya.
“Iya, iya! Dasar tukang sayur bawel!” tungkas Rocky.
“Sudah! Sudah! Gue mau jualan lagi,” lanjut Niar.
“Elo gila, ya? Luka elo tuh parah banget!” protes Rocky.
“Tapi, gue harus jualan,” kata Niar memaksa untuk berdiri hingga menubruk tubuh Rocky. Niar nyaris tak kuasa berdiri tegak karena lukanya membuatnya tidak kuat menahan berat tubuhnya. Rocky pun menangkap tubuh Niar yang nyaris jatuh.
“Keras kepala banget, sih? Elo mau jualan apa? Gerobak elo rusak parah!”
“APA??!! Rugi dong, gue!” seru Niar kaget karena hanya itulah sumber utama penghasilan keluarganya.
“Udah, tenang aja! Yang penting luka elo sembuh. Sini, gue obatin lagi,”
“Tumben, baik?” sindir Niar.
“Pasti ada maunya. Dulu, diem-diem elo melunasi SPP semester dua gue terus elo minta gue jadi babu elo,” tambah Niar.
“Pembantu umum,”
“Whaterver-lah yang penting bikin gue sengsara. Sekarang apa lagi?”
Rocky mendekatkan dirinya pada Niar hingga jarak hidung mereka hanya beberapa senti.
“First kiss dari elo.”
Niar melotot hendak menonjok Rocky seperti kapan hari lalu. Rocky dengan sigap menghindarinya. Kemudian Rocky menarik tubuhnya menjauh.
“Sabtu lusa jam empat sore, jangan lupa dateng di taman kota. Awas nggak dateng!”
Dan Rocky meninggalkan Niar dengan tanda tanya besar di otaknya.
yyy
Sabtu sore pukul empat tepat Rocky sudah menunggu Niar dengan seikat mawar merah di tangannya sambil ia tersenyum-senyum sendiri membayangkan ia akan menyatakan cinta pada Niar.
Lama Rocky menunggu Niar dengan resah, hampir tiga jam. Tiba-tiba handphone-nya berdering. Menurut si penelepon di seberang sana, Niar kecelakaan hebat sehingga ia masuk UGD (Unit Gawat Darurat). Tanpa pikir panjang Rocky menyusul Niar ke rumah sakit. Berita selanjutnya yang ia dapat adalah Niar koma. Dan setelah tiga hari koma, Niar mengalami amnesia.
“Tenang saja, amnesianya nggak permanen. Jadi, asal selalu dilatih untuk mengingat secara rutin bisa sembuh cepat,” tutur dokter yang menangani Niar pada keluarga Niar dan Rocky.
Hidup Niar dimulai dari nol kembali. Keluarga dan Rocky setiap hari berusaha keras memulihkan ingatan Niar. Yang namanya usaha telaten merawat orang sakit pasti mengalami titik kejenuhan dan itulah yang dialami Rocky.
“Masa’ elo nggak ingat elo pernah jadi pembantu gue? Usaha dong!” suruh Rocky suatu hari.
“Jangan suruh gue ini dan itu. Kepala gue terasa mau pecah waktu berusaha mengingat semuanya. Semua butuh proses,” tungkas Niar.
“Gue udah berusaha melatih elo untuk ingat semua kenangan tentang kita, tapi seolah elo nggak mau mengingatnya lagi. Sengaja nglupa’in yang terjadi di antara kita?”
“Memang apa yang pernah terjadi di antara kita?”
“Kisah cinta semalam di hotel!” jawab Rocky asal.
“HAH???!! Bejat banget lo!”
“Ya, nggak lah! Kita tuh, sering berantem sejak pertama ketemu. Masa’ nggak ingat?”
“Kenapa sih, elo nggak ngebiarin gue bahagia sedikit aja tanpa berusaha keras mengingat semuanya. Butuh waktu, nih!”
Kata-kata Niar baru saja membuat Rocky memiliki secercah harapan. Berarti masih ada sedikit kenangan yang masih tersimpan di otak Niar.
Waktu terus bergulir, Niar semakin ingat siapa dirinya dan orang-orang di sekelilingnya.Dan cinta Rocky semakin berubah, berubah menjadi lebih hebat.
Dan suatu hari Rocky memberi surprise nonton konser Afgan di ballroom utama sebuah mall di Surabaya yang sama seperti dulu Niar gagal menonton Afgan manggung. Di tengah hiruk-pikuk suasana konser membuat pembicaraan mereka tak begitu jelas.
“GUE CINTA SAMA ELO!” teriak Rocky di telinga Niar.
“APA??” tanya Niar yang tak jelas mendengar kata Rocky.
“GUE CINTA SAMA ELO!” teriak Rocky sekali lagi membuat Niar bengong.
“KENAPA?” tanya Rocky menyadari keanehan Niar. Niar menggeleng
Usai nonton konser Afgan, Rocky menggandeng Niar menuju tempat parkir.
“Seneng nggak hari ini?” tanya Rocky, Niar pun mengangguk.
“Elo kenapa menggut-manggut, geleng-geleng gitu? Belajar jadi orang bisu ya?” tanya Rocky menohok hati Niar. Emang orang satu ini perkataannya selalu pedas.
Rocky terkesan gondok dengan sikap Niar yang cuman manggut dan geleng kepala. Rocky pun hendak masuk ke dalam mobil tapi dicegah oleh Niar. Setelah diam sejenak, Niar memberanikan diri memastikan kebenaran ucapan Rocky tadi.
“Oh…jadi, elo cuman main-main. Dasar playboy teri…!!!” kata Niar sambil memukuli Rocky.
“Cintaku bukanlah cinta biasa…Jika kamu yang memiliki…Dan kamu yang temaniku seumur hidupku…,” suara Rocky menyanyikan lagu Bukan Cinta Biasa milik Afgan.
“Gue pengen akhir kisah cinta penjual sayur keliling bakal indah bersama sang pangeran tampan ini,” kata Rocky membanggakan diri. Membuat Niar tersenyum.
“Karena gue haram ngebiarin elo bahagia sama orang selain gue,”
“Rocky.” Niar menyebut nama Rocky dan memeluk kekasih barunya itu.