Minggu, 06 Oktober 2013

Numpang Pipis

credit



 Original Version

Kita kadang (atau bahkan sering) mendapati orang kencing di sembarang tempat, terutama di ruang publik seperti pinggir jalan raya. Hal ini dilakukan bukan di balik semak-semak melainkan justru di ruang yang benar-benar terbuka. Hal ini membuat pemandangan yang tak sedap dipandang. Bahkan saya pernah mendapati bau kencing yang menusuk di sarana publik (jembatan) di dekat pintu keluar bus antarkota terminal Bungurasih, Surabaya. Kala itu saya berjalan bersama seorang bapak berprofesi sebagai pilot maskapai penerbangan ternama di negeri ini. Beliau mengeluh, “Duh, baunya!”
newspaper version 
(Jawa Pos, Rabu, 25 September 2013, 
kolom Gagasan)
Belumlah masalah tersebut di atas selesai, muncul masalah lain berasal dari orangtua yang (mungkin mereka tidak sadar) mengajari anaknya pipis sembarangan, bahkan di area publik, tempat orang banyak berlalu-lalang.
Nah, seharusnya, anak yang sudah memasuki usia toilet training mendapat pendidikan yang tepat dimana pun ia berada, baik di rumah maupun di luar rumah. Tapi yang sering saya dapati, orangtua justru membiarkan anak (bahkan menyuruh anak) pipis di tempat umum padahal mereka tidak jauh dari toilet umum atau rumah warga yang memiliki kamar mandi. Setidaknya, jika orangtua berat membayar 1000 rupiah untuk ke toilet, minta izinlah pada salah seorang warga yang memiliki kamar mandi. Saya yakin pasti ada warga yang merelakan kamar mandinya dipakai untuk sekedar pipis. Saya pikir tidak semua warga negara ini materialistis.
Dengan demikian, anak menjadi terlatih sejak dini untuk menempatkan sesuatu sesuai tempatnya. Selain itu, ke depannya pendidikan seperti ini dapat pula menumbuhkan rasa tanggung jawab pada diri anak untuk bersama-sama menjaga kebersihan, keindahan dan kenyamanan bersama kelak mereka dewasa. 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ditunggu kritik dan saran membangun yah :)