credit |
Kita kadang (atau bahkan sering) mendapati
orang kencing di sembarang tempat, terutama di ruang publik seperti pinggir
jalan raya. Hal ini dilakukan bukan di balik semak-semak melainkan justru di ruang
yang benar-benar terbuka. Hal ini membuat pemandangan yang tak sedap dipandang.
Bahkan saya pernah mendapati bau kencing yang menusuk di sarana publik (jembatan)
di dekat pintu keluar bus antarkota terminal Bungurasih, Surabaya. Kala itu
saya berjalan bersama seorang bapak berprofesi sebagai pilot maskapai
penerbangan ternama di negeri ini. Beliau mengeluh, “Duh, baunya!”
newspaper version
(Jawa Pos, Rabu, 25 September 2013,
kolom Gagasan)
|
Belumlah masalah tersebut di atas
selesai, muncul masalah lain berasal dari orangtua yang (mungkin mereka tidak
sadar) mengajari anaknya pipis sembarangan, bahkan di area publik, tempat orang
banyak berlalu-lalang.
Nah, seharusnya, anak yang sudah
memasuki usia toilet training mendapat
pendidikan yang tepat dimana pun ia berada, baik di rumah maupun di luar rumah.
Tapi yang sering saya dapati, orangtua justru membiarkan anak (bahkan menyuruh
anak) pipis di tempat umum padahal mereka tidak jauh dari toilet umum atau
rumah warga yang memiliki kamar mandi. Setidaknya, jika orangtua berat membayar
1000 rupiah untuk ke toilet, minta izinlah pada salah seorang warga yang
memiliki kamar mandi. Saya yakin pasti ada warga yang merelakan kamar mandinya
dipakai untuk sekedar pipis. Saya
pikir tidak semua warga negara ini materialistis.
Dengan demikian, anak menjadi terlatih
sejak dini untuk menempatkan sesuatu sesuai tempatnya. Selain itu, ke depannya
pendidikan seperti ini dapat pula menumbuhkan rasa tanggung jawab pada diri
anak untuk bersama-sama menjaga kebersihan, keindahan dan kenyamanan bersama
kelak mereka dewasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ditunggu kritik dan saran membangun yah :)