Risa sedang sibuk memilih-milih novel romans terbaru di sebuah toko buku. Bulan
ini ia harus menambah stok novel terbaru untuk bahannya menulis sebuah novel.
Ia butuh referensi baru.
Tibalah
tatapan matanya ke sebuah rak buku tak jauh dari rak novel semula ia berdiri
menghadap. Rak komik. Memori otak Risa seketika teringat pada Tino. Deretan
komik Slam Dunk berjejeran di sana dan
merupakan favorit Tino semasa ia kecil. Tino, cinta pertamanya itu bermimpi
menjadi seorang pebasket legendaris seperti Michael Jordan. Risa mengamini
keinginan Tino dan berjanji akan selalu di samping Tino ketika berlaga di
lapangan kelak.
Tapi
semua itu hanya kenangan ucapan belaka, tak pernah terbukti karena mereka
berpisah ketika SMA. Risa pindah ke Aussie mengikuti ibunya yang melanjutkan S3
di sana. Akhirnya mereka lost contact
sebab ternyata Tino juga turut serta orangtuanya ke Afrika untuk bertugas di
kedubes RI di sana.
Pilu
tak dapat ditolak. Risa patah hati hanya
karena kendala komunikasi. Hingga zaman “pencerahan” datang. Risa amat
berterima kasih pada Mark Zuckerberg yang menciptakan facebook. Ia cari sedemikian rupa nama Tino Surawi di grup-grup
sekolah SD dan SMP. Finally, Risa
mendapatkan alamat facebook Tino.
Semenjak itu ia sering mengirim pesan pribadi atau ke dinding facebook Tino . Tapi apa? Tino tak
pernah membalasnya. Risa makin sakit hati. Kenapa Tino tak pernah membalas
pesannya?
Tahun
demi tahun terlewati sampai Risa lupa rasanya sakit hati sebab Rey datang
menawarkan obat sembilu pilu hati Risa karena ketidakjelasan hubungannya dengan
Tino. Risa tak bisa menolak Rey karena segala yang ada dalam diri Rey di mata
Risa sudah bisa menggantikan posisi Tino.
Tapi...
ketika Risa sudah nyaman dan memasrahkan hidup kepada Rey sepenuhnya, Tino muncul
tanpa permisi. Ya, tiba-tiba suatu hari Tino mem-follow akun instagramnya kemudian berlanjut pesan whatsapp yang
tiada diduga Risa. Dan tak hanya itu, Tino ingin menjalin hubungan yang telah
terputus. Risa menyanggupinya tapi hanya sebagai teman biasa. Tampak raut wajah
Tino kecewa. Tapi, hidup harus terus berjalan.
“Kamu
sudah merasakan hari-hari buruk tanpa kejelasan dariku. Kamu pantas hidup
bahagia, Ris. Maafkan aku, ya,” ujar Tino suatu sore kepada Risa. Mereka
sengaja bertemu untuk memperjelas hubungan mereka selama ini.
Risa
mengangguk dan meneteskan air mata. Kini hatinya memang untuk Rey seorang. Dan
Tino hanya akan menjadi teman yang pernah mengisi hari-harinya dan membuatnya
manis. Kini ada Rey yang akan mewarnai hari-hari Risa untuk selamanya.
"Sayang,
pilih novelnya sudah?" suara Rey membuyarkan konsentrasi Risa pada masa
lalu dan beberapa hari lalu dengan Tino yang tidak Rey ketahui.
Risa
segera menghapus air matanya dan tersenyum simpul pada Rey.
"Belum
ada yang baru, Mas. Besok-besok lihat lagi. Atau aku lihat di online shop aja,"
Rey
mengangguk dan menggamit tangan Risa keluar dari toko buku. Risa
menyandarkan kepalanya di pundak Rey. Rasa nyaman selalu ia dapatkan dari Rey
semenjak Rey datang suatu ketika menghapus semua hari buruk yang pernah
dilaluinya. Rey meyakinkan dirinya bahwa dirinya tak akan mengalami hari-hari
buruk itu.
(inspired
by Daniel Powter- Bad Day)
By the way ini lanjutan yang bagian ke-1, sih. Aku bikin kayak berlanjut. Terima kasih :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ditunggu kritik dan saran membangun yah :)