Minggu, 06 Oktober 2013

Shadow



Shadow

Aku ketrima di perusahaan minyak, La!! Akhirnya berhenti jadi pengangguran, hahaha.
Demikian isi SMS Rida. Lala tersenyum getir. Kabar bahagia dari sahabatnya semasa kuliah itu sungguh menusuk hatinya.
Tuhan tak adil. Rida yang mahasiswa kupu-kupu alias Kuliah-Pulang setiap hari bisa diterima di perusahaan besar, sementara dirinya yang selalu punya IPK kepala tiga dan aktif di organisasi pers kampus, justru “terjebak” di sebuah gedung dengan banyak anak usia tujuh sampai tiga belas tahun menimba ilmu.
Lala jelas sebal. Rida sudah pasti mendapat upah jutaan rupiah, sementara dirinya? Sejumlah Upah Minimum Rakyat (UMR) kota Surabaya saja tidak!
Lala merasa ingin meneteskan air mata. Hatinya dongkol bukan main. Kenapa ia serta-merta menerima tawaran dari temannya untuk menggantikan temannya itu menjadi shadow teacher atau guru pendamping untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)? Kenapa dia tidak menerima saja tawaran dosennya bekerja di sebuah perusahaan konsultan bagian rekrutmen walaupun ia juga tak suka tapi setidaknya gajinya pasti lebih mahal dong dibandingkan di sekolah ini.
“Bu Lala!” panggil Akbar, murid paling lucu di kelas Lala. “Zidan ngompol, celananya basah. Bau!” lanjutnya.
Lala sigap menghampiri Zidan, ABK yang ia pegang, tentunya dengan kejengkelan dua kali lipat. Sementara di luar kelas, teman-teman Akbar berteriak, “Kelas dua Dolphin masoook!!”.
-end-

*Tulisan ini sih, mulanya aku ikut sertakan di sebuah ajang kuis sebuah penerbit ternama, Bentang Pustaka dengan tema besar "PROFESI" dan subtema "Kantor" tapi nggak boleh nulis kata "Kantor" di dalamnya. Tapi berhubung nggak kepilih, aku post di sini aja. Hitung-hitung belajar bikin flash fiction. Sudah pas belum kalau disebut flash fiction? Semoga menikmati :)
Satu lagi, sekalipun based on true story tapi aku nggak bermaksud menyudutkan apalagi merugikan pihak manapun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ditunggu kritik dan saran membangun yah :)