Minggu, 10 November 2013

Jodoh Mantan Calon Ipar


Pukul tujuh malam, Alta keluar kantor dengan kemejanya yang kusut. Kakinya kini beralaskan sandal ala kadarnya tapi membuatnya nyaman setelah seharian mengenakan stilleto.
Ia memanggil taksi dan segera meluncur ke “Cafe Sofas”, cafe dengan ciri khas sofa-sofa aneka bentuk dan rupa yang memenuhi setiap sudut cafe tersebut.
“Dari sekian banyak cafe, kenapa cafe ini, sih? Apanya yang move on? Ngajak cewek baru ke tempat favorit bersama mantan itu namanya nggak move on kali, Mas. Aduh, kenapa sih, aku menyanggupi permainan konyol Mbak Lila? Aku ini korban!” dumel Alta berjalan menuju pintu masuk cafe tersebut.
Kalau kamu nggak suka, putuskan segera malam ini, Al. Kamu bisa mencari lelaki lain yang kamu suka.
Seolah ada suara yang menelusup ke dalam telinga kanan Alta.
Masalahnya Alta, sekarang nggak ada lelaki yang kamu suka dari sekian banyak lelaki yang mengejarmu. Dan semua orang tahu bahwa sekarang kamu mengejar bos Arif.
Ada suara lain di telinga kiri Alta.
Tapi kan, kamu cuma pura-pura menyukainya, Alta. Kamu nggak serius menyukainya. Ini cuma tipu daya supaya bos Arif tidak lagi mengejar mantannya, Lila, kakakmu yang telah bersuami. Kalau bos Arif benar jatuh cinta padamu, kamu mau apa? Padahal kamu nggak suka.
Suara pertama kembali hadir.
Sampai kapan kamu menjomblo, Alta? Kamu butuh bahu dan dada untuk bersandar mengistirahatkan sejenak egomu mengejar status wanita mandiri. Bagaimanapun kamu membutuhkan lelaki yang melindungimu. Bos Arif adalah lelaki yang tepat. Ingatlah semua usahamu ditolak mentah-mentah olehnya tapi dia tak benar-benar mengabaikanmu setiap kali kamu butuh bantuan. Dia pernah menyelamatkanmu dari kecelakaan maut. Dia menggendongmu yang berlumuran darah. Dan kamu dalam setengah sadarmu mendengar dia berteriak panik bahkan pipimu merasa air matanya menetes begitu saja di pipimu yang berdarah. Keringatnya dan darahmu pernah menyatu.
Suara dua menyeloroh.
Alta menepuk-nepuk kedua telinganya. Halusinasi suara! Rasanya dirinyalah yang gila, bukan Lila dan Galang.
“Kenapa berdiri di sini?” Sebuah suara mengusir suara-suara tak bertuan tadi.
Alta kaget Arif berdiri di depannya.
“Aku mau bicara,” ujar Arif sambil menggenggam tangan Alta menuju taman di samping sisi cafe.
Kini keduanya terpaku bertatapan. Alta dibuat kikuk oleh tatapan mata Arif, sesekali ia mengelus tengkuknya dan matanya menyapu sekelilingnya asal.
“Aku tahu Lila memintamu untuk menggodaku. Mulanya aku nggak peduli tapi nggak tahu kenapa ketika nyaris kehilanganmu ketika kecelakaan beberapa bulan lalu, aku takut kehilangan kamu. Bahkan ketika kamu bertugas ke Malaysia selama nyaris sebulan, aku merasa ada yang hilang. Kamu menghindariku dan aku nggak terima. Aku membutuhkanmu, jadilah istriku,”
Alta terperanjat, mendongak mendadak kepada Arif yang jauh lebih tinggi darinya.
“Mbak Lila...”
“Dia masa lalu. Waktunya aku sadar bahwa aku juga butuh wanita yang bisa menjadi pelengkapku... kamu,” tegas Arif.
Jantung Alta berpacu kencang. Pertama kalinya setelah delapan bulan terakhir mati-matian membuat Arif mencintainya atas usul Lila, yang dulu mantan pacar Arif. Tapi apakah degupan menggila ini pertanda Alta juga diam-diam jatuh hati pada Arif? Yang jelas, Alta merasa ketegangannya selama menjomblo seolah mencair bak gunungan es kutub yang meleleh karena global warming. Sudah waktunya dia berdua, bersama kekasih hati.*

 Catatan:
Flash fiction ini terinspirasi dari cerita Dermaga dan Samudra milik senior saya Pramastri Sisimaya :) belajar nerusin cerita orang.
Happy reading :)

2 komentar:

  1. Whaaa....it's an honor dek....Dermaga dan Samudra dilanjutin. Thanks ya...

    BalasHapus
  2. Mbak Sisimaya:
    ini versi FF-nya, yg full part sdh aku kirimkan ya :) hehehe. sama-sama mbak, seneng dpt kesempatan nerusin punya mbak :)

    BalasHapus

Ditunggu kritik dan saran membangun yah :)