Senin, 20 Mei 2013

Berjilbab, totalitas atau hatinya dulu?


Beberapa waktu lalu saya lihat sinetron, sebut merek aja ya "Tukang Bubur Naik Haji" membuat saya semakin mantab menjawab argumentasi orang tapi ya saya tak akan berdebat. Ilmu agama saya masih cethek, salah-salah saya diterkam mentah-mentah. Tapi tulisan ini tidak untuk menyerang siapapun, saya hanya ingin berbagi sebagai sarana kita berlajar bersama. 
Ini perihal menutup aurat bagi wanita muslimah. Dulu, ayah saya sering menyuruh saya segera berjilbab semenjak saya duduk di bangku smp tapi ibu saya melarang, menurut beliau "jilbabi hati dulu". Saya langsung nangkep, oh, mungkin maksudnya hatinya dibaik-baikin dulu, kelakuannya ditata "rapi" dulu. So, saya juga mencari "penguatan-penguatan" lain untuk berjilbab. Lalu ada teman saya di sekolah baik SMP  maupun SMA memberi pelajaran tersendiri untuk saya. Mulanya sih, saya juga seperti ibu saya dalam bentuk lain, memandang teman saya yang sudah berjilbab kok, masih pencilakan. Tapi.... Semakin ke sini saya tahu bahwa berjilbab itu wajib untuk wanita muslimah. Al-Qur'an menuliskannya sebagai berikut:
“Wahai nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbab ke seluruh tubuh mereka.’  Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah maha pengampun lagi maha penyayang” (Al-Ahzab: 59)
“…janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya,..” (An-Nur 31)

Dan hadits Rasulullah Muhammad SAW:
“Hai asma’, sesungguhnya wanita, apabila telah sampai tanda kedewasaan (haidh), tidak boleh terlihat bagian tubuhnya, kecuali ini dan ini (beliau mengisyaratkan muka dan telapak tangannya).” (H.R Abu Daud, Al-Albani menghasankannya)

Saya tahu itu tapi ketika pertama kali memutuskan berjilbab hati saya "hambar" akan esensi jilbab itu sendiri, saya memang masih ingin terlihat modis seperti kebanyakan tren jilbab sekarang ini. Saya akui itu. Tapi di sisi lain saya merasa saya lebih nyaman dengan begini walaupun terkadang nyamannya masih terbatas pada menutupi tubuh yang gemuk dan rambut yang tak seindah model iklan shampo. Dan saya akui dengan berjilbab setidaknya packaging saya lebih indah dan sopan ketimbang dulu. 
Tapi kalam Allah SWT dan hadits sang baginda Rasulullah SAW itu berusaha sekuat tenaga saya hayati dan saya amalkan. Dan saya menjadi tidak nyaman ketika orang bilang "Mending jilbabi hati dulu ye baru nutupin seluruh tubuh" (kurang lebih itulah yang dikatakan tokoh Atiqah, istri ncing Mahmud). Dan sang ustadzah Zakaria menjawab "Bagaimana ya dalil menjilbabi hatinya dulu? Karena dalil untuk berjilbab/ menutup aurat keseluruhan itu sudah ada di Al-Qur'an dan Al-Hadits" (kurang lebih begitu). Dan sudah dituliskan pada paragraf sebelumnya kan? Kurang percaya? Monggo dicek ke kitab sucinya di rumah :)
Well, akhirnya kini saya punya jawaban untuk menyampaikan kepada yang masih berdalih seperti Atiqah. Tapi apa yang saya sampaikan nanti bukan untuk memojokkan atau menghakimi, saya sendiri belum sempurna. Hanya ingin mengajak bersama untuk mendekati golongan yang dirahmati Allah SWT dunia-akhirat. Berjilbab itu wajib walaupun awalnya berat dan masih belum bener tapi setidaknya ada upaya menuju ke arah lebih baik. Memang tidak ada yang bisa dipilih aslinya: 
1. Tak berjilbab tapi santun segalanya atau...
2. Berjilbab tapi mencak-mencak, pacaran, begajulan dll
3. Pengumbar aurat dengan lekuk tubuh bikin para lelaki melotot tapi berjiwa sosial tinggi
Tentu saja yang dipilih Dia tetap yang berjilbab dan santun sehingga bisa membawa barokah dan pandangan positif dari dunia luar untuk wanita muslimah.
Saya sih masih belum masuk "yang dipilih" tapi mari mari mari... belajar banyak. Ini hanya secuil tulisan pengalaman untuk pembelajaran bersama.
Semoga semakin hari, kita menjadi pribadi yang selalu memperbaiki diri. Setiap kita selalu ingin berakhir dengan baik bukan? Menutup mata dalam keadaan khusnul khotimah. Karena bagi Allah Azza wa Jalla amal yang terakhir kali itulah yang amat diperhatikan sebelum semuanya terputus urusan duniawi kita. Amin.

*Sedikit dikutip dari Jilbab Syar'i



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ditunggu kritik dan saran membangun yah :)