from this |
“TIDAAAAAAKKKK!!!” Key terbangun dari tidur
malamnya dengan napas yang tak beraturan sambil ia memegangi kepalanya. Mimpi itu lagi. Ini sudah kali kedua dan sama
persis!
“Astaghfirullah,” gumam
Key kemudian ia merenung. Pasti ada makna dari mimpi yang sama persis untuk
kedua kalinya. Tapi Key tak jua menemukan jawabannya.
Angin Subuh membelai
lembut gorden kamar Key. Key lupa menutup jendela kaca model lawas kamarnya.
Pantas saja, semalam terasa lebih dingin ketimbang biasanya. Key menutup
jendela itu asal tanpa menyibak gordennya. Mendadak saja sekelebatan bayangan
orang melintas di depan jendelanya, di depan matanya. Kamar Key terletak di
dekat teras lantai dua. Biasanya saat Subuh hari, Karin, teman kosnya beda
kamar olahraga ringan di depan situ. Tapi Karin sedang sakit di Gresik. Key segera
menyibakkan gordennya dan mengintip dari dalam. Tiada seorang pun. Key menunggu
sejenak. Adakah suara aneh? Tidak. Adakah bayangan itu lagi? Ia menunggunya sampai
hitungan ke lima menit pertama, tapi tidak mendapati sosok itu muncul lagi di
balik tembok kamarnya melalui jendela. Well,
mungkin itu tipuan penglihatannya. Atau mungkin tadi itu maling?
Tapi tunggu! Atau
sebuah... sebuah... halusinasi? Key menggelengkan kepalanya cepat kemudian
termangu sesaat. Teringat masa lalu. Kenapa kejadian ini kembali mengusiknya setelah sekian tahun hidupnya aman, nyaman
dan damai tanpa ini. Dulu ketika SMP
dia seringkali melihat sosok-sosok transparan berkeliaran di kebun Tebu milik tetangganya
yang ada tepat di sebelah rumahnya. Kemudian, ia bisa seketika berhenti
berjalan dan melihat serangkaian peristiwa di dalam matanya yang terpejam. Tapi,
kala itu Key hanya geleng-geleng, mungkin itu hanya khayalannya semata. Tapi
tidak! Apa yang ada di pikirannya benar-benar terjadi. Sialan! Tapi, dua hal
tersebut belumlah sering terjadi. Dan seiring ia beranjak dewasa, ia semakin
yakin bahwa apa yang ia alami semasa SMP hanya kebetulan dan faktor kelelahan
sehingga inderanya mengada-ada.
Tapi, kini tampaknya
Key harus berpikir ulang walau ia juga masih sering berupaya mengelak sekuat
tenaga. Mimpinya tentang sebuah kejadian tragis di kosnya yang baru, berulang
dengan sama persis. Kemudian suara aneh yang terjadi pada suatu pagi.
Hari itu dia bangun
tepat pukul setengah lima. Subuh pun pukul setengah lima pagi sehingga ia
segera mengambil air wudlu untuk menunaikan
ibadah wajibnya. Usai itu, ia mandi sebelum didahului oleh seniornya di kamar
sebelah, Laksmi yang sukanya juga mandi Subuh hari. Key pun menyalakan keran air
begitu lebar sehingga suara air menyemprot keras setelah berada di dalam kamar
mandi. Beberapa detik kemudian samar-samar ia mendengar suara, “Siapa di kamar
mandi?”.
Key memutar keran air
supaya suaranya tidak berisik. “Ya?”
“Antri, ya?”
“Oh iya, Mbak,” sahut
Key sudah mengenali suara Laksmi sejak pertama bertemu. Cempreng tapi kalau
sudah nyanyi, merdu unik kayak Fatin begitu, deh.
Kebiasaan wajib di
kos 666 salah satunya bilang: aku antri, ketika hendak mandi supaya tidak heboh
seisi kos akibat saling serobot antrian. Sebab kamar mandi yang berfungsi hanya
satu untuk sepuluh orang kos 666. Ini yang membuat Key gedeg-gedeg sama ibu
kos. Janjinya memperbaiki kamar mandi lantai dua –dekat dengan kamarnya- semenjak
ia datang pertama kali untuk ngekos satu tahun lalu tapi sampai sekarang tak
jua diperbaiki.
Satu informasi tentang kos 666 atau sering
disebut triple six. Kos ini terletak
di gang 6 dengan nomor rumah 66 di dekat Kecamatan Gubeng, Surabaya.
Lima belas menit
kemudian Key sudah kembali ke kamarnya. Eh, tapi ia mampir dulu ke kamar
Laksmi.
“Mbak Laksmi, udah.”
Tak ada sahutan dari
dalam kamar Laksmi yang gelap, terlihat dari ventilasi kamarnya. Akhirnya Key
mengetuk pintu bahkan sampai menggedornya dan setengah berteriak, tetap tak ada
jawaban dari dalam. Key pun kembali ke kamar lalu mengambil ponselnya. Key
mengirim pesan untuk Laksmi.
Mbak,
gw udh kelar mandi. Giliran elo.
Beberapa menit
kemudian ada balasan dari Laksmi.
Gw
lg otw balik SBY nih, Key. Kan, kemarin sore gw balik Lumajang.
Mata Key melotot mau
copot. Lah, tadi yang antri mandi
siapa???
Kejadian ini membuat
Key semakin pening berpikir saat ini. Belum lagi pernyataan temannya, Ratih,
beberapa waktu lalu, membuat Key makin tak nyaman balik ke kos. Bahkan sampai
detik ini ia masih sesekali parno menatap suatu sudut yang ditunjukkan Ratih.
“Key, thanks ya kemarin lusa udah diizinin
nginep kos-an elo. Tenang aja, kamar elo nggak gue obrak-abrik, hehehe,” ujar
Ratih. Ratih menginap di kamar Key ketika Key pergi ke rumah saudaranya dan
menginap di sana. Ratih kemalaman pulang ke Sidoarjo, sementara sudah tidak ada
angkot ke sana. Ayahnya juga pergi keluar kota sehingga tidak ada yang
menjemputnya.
“Iya, sama-sama, Tih.
Gue percaya, kok,” sahut Key tersenyum lebar.
“Eh, tapi Key, tunggu
deh. Elo nggak kenapa-kenapa selama ini tinggal di situ?” Pertanyaan Ratih
membuat Key terangkat sebelah alisnya.
Key menggelengkan
kepala. “Kenapa-kenapa apanya?”
Ratih menarik napas
dalam. Berharap semoga kawannya tidak kaget atau bahkan pingsan di tempat.
“Jadi, di pojokan kamar elo, di atas lemari elo ada...” Ratih menghela napas
lagi.
Key menunggu tidak
sabar. “Ada apanya?”
“... kunti
nangkring!” Ratih menandaskan kalimatnya tanpa ampun.
Key terperanjat. “Busyett!
Elo pagi-pagi jangan horor, ah, Tih!”
“Gue serius! Elo
hati-hati aja. Banyakin sholat sama baca Qur’an.”
Key mencubit lengan
Ratih. “Jangan bikin gue nggak berani tidur di kamar sendiri, Tih! Dan gue udah
pesen sama elo kan, apa pun yang elo lihat dari gue, sekitar gue, jangan pernah
kasih tahu gue! Gue bakal stres mikirinnya. Gue tahu elo cenayang tapi
pliisss... jangan berusaha nakut-nakutin gue!” mohon Key.
Mengingat pernyataan
Ratih itu membuat Key bukan hanya pening tapi sekarang kebelet pipis. Bulu
kuduknya pun merinding seketika. Ia tak berani melihat ke atas lemari di
seberang tempat tidurnya. Tapi, ia ingin memastikan tak ada apa-apa di sana
dari sudut matanya. Ia tak mau disebut berhalusinasi. Lagipula dirinya bukanlah cenayang atau
titisan nenek moyang yang punya kekuatan supernatural dan -pasti- bukan juga
Tuhan yang tahu segala hal yang ghaib dan kasat mata yang tidak diketahui
manusia. Dia gadis biasa dan senormalnya manusia. Berstatus mahasiswa semester lima
fakultas Psikologi di sebuah PTN ternama di Surabaya. Tapi, kenapa sekarang ia begini? Sensitif. Dan lebih sensitif
ketimbang zaman SMP, juga frekuensi mengalami hal aneh semakin sering. Key
bukannya takut tapi ia tidak mau pikiran itu memprovokasinya melebihi kenyataan
yang ada. Pikiran yang menjelma menjadi sebuah halusinasi bahkan disertai delusi
dalam beberapa periode, itu artinya ia bisa didiagnosa mengidap Skizofrenia!
... to be continued
... to be continued
Pengen tahu kelanjutannya? Grab it (Ground Zero: A Crime Behind The Shadow) fast on ur fave book store, guys. Happy Spooky ;)
Aku baru baca. Emoh bacanya kalo malem2 hehehheee. Kebawa serem juga sih. Keep writing! :)
BalasHapushalo mbak Al, makasih banyak sudah mau mampir... :) boleh dong beli kumcernya.. heuheu *tetep promosi :)
Hapus