Judul : Re-Write
Penulis : Emma Grace
Jumlah
Hal. : 256
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun
terbit : 2015
Bingkisan
dari @fiksimetropop dan @emmagrac3
--------------------------
Novel
ini semula hanya aku tahu dari layar komputer, dan setelah membaca blurb-nya,
aku langsung ngeklik. Spontan aku berpikir, “Bisakah aku mendapatkan novel
ini?”. Pucuk dicita ulam pun tiba. Walaupun kuis dan gratisan, aku bersyukur.
Hadiah dari-Nya tuh datangnya nggak disangka-sangka. :D Setuju?
Well, yuk masuk review
Re-Write setelah enam hari (sampai hari ini) ikut berpartisipasi dalam Baca
Bareng Minjul (BBM_ReWrite) by @fiksimetropop. Simak, yuk!
------------------
“Ketika kau mencintai seseorang, terluka adalah syaratnya. Itu adalah harga yang harus dibayar. Kau akan terluka oleh dan karena orang yang kaukasihi.”—Beth.
Beth
Samodro memiliki keluarga yang amat mencintainya, tak pelak membuat dia berani
memberikan cinta kepada seorang Jared Tanudjaja. Sayang, berulang kali
dikecewakan oleh cowok yang dia sukai sejak SMA itu, tak membuat Beth jera. Hal
ini jelas membuat Derick Bhrasongko geram setengah mati. Tapi Rick—demikian
panggilannya—tak bisa membenci gadis itu terlalu dalam. Perlahan namun pasti,
rasa kagum dan cinta justru tumbuh di hatinya. Cinta yang bukan menye-menye,
tapi cinta yang tumbuh karena rasa dekat terhadap sebuah cerita masa lalunya.
Ya,
Rick memiliki masa lalu yang pahit, tentang keluarganya. Membuatnya tak ingin
Beth mengalami hal yang sama. Pun Beth juga punya kisah manis sendiri bersama
keluarga tercintanya. Manis sekaligus pilu. Pilu yang membuatnya harus bisa
belajar merelakan, melepaskan, dan membuka pintu hatinya kembali.
Kisah
dua insan yang saling menemukan meski berlandaskan luka dan amarah, membuat
keduanya bisa saling menguatkan. Bukankah sudah seharusnya begitu? Beth dan
Rick mengajakmu untuk menyelami dunia mereka lebih dalam di Re-Write.
Re-Write
Kalau
melihat keterkaitan antara judul dan isi novel, mungkin pembaca akan diajak
penulis, Emma Grace, untuk berpikir sedikit mencari benang merahnya. Tapi pas
pembaca membaca kalimat yang mengikuti judul: Tidak ada kenangan yang bisa kautulis ulang. Tapi mimpi, bisa kaususun
kembali, pasti pembaca langsung ngeh setelah menandaskan kisah Beth dan
Rick ini.
Dengan
lirik lagu Thinking Out Loud – Ed Sheeran yang menjadi pembuka kisah, sudah
cukup bisa meyakinkan pembaca bahwa kisah dua pribadi dewasa muda ini begitu
hangat dan manis. Benar saja, halaman demi halaman dibaca, gaya penuturan Emma
sungguh smooth, mengalir, dan taste-nya hangat. Gaya penuturan seperti
ini mirip karya-karya Ilana Tan. Tak pakai banyak kiasan bla-bla-bla, alias
terbilang lugas tapi tetap tersampaikan manis. (Sori kalau tolok ukurku Ilana
Tan. Pokoknya setipe itu, deh. Hehehe).
Konflik
demi konflik dihadirkan secara teratur. Sukses membuat pembaca bertanya-tanya,
“Sebenarnya ada apa, sih?”. Sampai di akhir cerita, jungkir baliklah sudah
perasaan pembaca. Serius! Emosi dibuat bergolak dan bisa saja menjelang akhir
kamu melongo, tersayat, terharu, dan tersenyum bersamaan. Jadi, kalau kamu
ingin menemukan “gong” dari novel ini, kudu sabar, ya. Orang sabar, jodohnya
cakep! Aamiin. :D
Alur
cerita Beth dan Rick plus para tokoh lain bikin hati acak adut. Peramuan kisah
dan tokoh Beth yang katanya terkesan bloon dikecewakan Jared, Rick yang jutek,
Jared yang tampangnya saja baik padahal ewww, Colleen Si Modis yang sukanya
nge-gombal, dan semuanya, cukup bisa membuat pembaca mampu membayangkan
tokohnya, suasananya, dan emosinya. Ada hal menarik soal penokohannya, dan ini
pendapat subjektif, ya.
Mulai
dari Beth. Akan ada yang bilang gadis ini bodoh terus menerus percaya Jared,
tapi buatku … cinta memang sekali waktu bikin bego. Orang bebas bilang Beth
bodoh, tapi coba kalau kamu yang merasakan? Yakin nggak bego juga? Kamu bisa
nyinyir, “Kok, bisa sih, pasrah begitu saja digituin?”, tapi siapa tahu suatu
saat kamu juga mengalami seperti Beth. Dan, kalau kamu percaya semua orang bisa
(atau pasti berubah) maka Beth adalah jawabannya.
Jared.
Jared ini memang bikin kesal hati. Nggak peka. Iya, cowok nggak peka. Dan aku
puas saat dia sampai pada titik hanya bisa ‘gigit jari’. Ya, setiap orang punya
hak menyesal dan memperbaiki semuanya.
Rick.
Aku suka cowok judes-judes-ganteng tapi sebenarnya penyayang parah! Kamu bakal
terkesan dengan cara dia marah kalau pas dibakar api cemburu. Belingsatan lucu
sendiri begitu. Nah, sudah hampir bisa dipastikan, cowok seperti ini aksinya
lebih banyak ketimbang omongnya. Pasti dia juga cowok sejati. Temukan dan
buktikan kata-kataku tentang Rick di novel ini. Terus kutipan Rick yang bikin
aku takjub ialah …
“Jangan merendahkan dirimu sedemikian rupa pada laki-laki. Seberapa dalam pun kau mencintai mereka.” (hal. 117)
“Tahukah kau betapa rendah perbuatan seorang laki-laki yang menyalahgunakan kebaikan hati seorang perempuan? Memberikannya harapan, lalu meremukkan dan melumatkannya hingga tak bersisa?” (hal. 211)
Rick, aku tahu pasti ada sosok seperti kamu di dunia ini untuk ‘menyelamatkan’ gadis-gadis seperti Beth. :D
Sheila.
Menurutku kakak satu-satunya Beth ini terlalu sempurna. Dia begitu tampak biasa
menghadapi persoalan keluarganya, padahal Beth begitu ketakutan dan terpukul.
Sheila tak cukup menunjukkan pergolakan batin. Too good to be true.
Colleen.
Cantik, modis, dan pandai menggoda cowok? Biasa! Keunikannya adalah sense of humor yang dia miliki dan
direpresentasikan ke ‘hobi’ menyingkat istilah. Kamu akan dibuat melongo dengan
singkatan Frome dan Woving. Frome for Freak but handsome. Woving
for Wonderful and loving couple.
Penokohan
terbilang oke, tapi dengan setting tempat … emmm … oke, ini bukan novel yang
mengedepankan setting tempatnya seperti novel-novel dengan ciri khasnya
sejenisnya. Tapi menurutku apa nggak lebih bagus sekalian Sydney dibuat
nge-feel lagi?
Memang
ada tempat, misalnya Sydney Adventis Hospital di Valey Road, Wahroonga, pas
perayaan Natal, itu kerasa dan dapat dibayangkan. Ya, berharap yang lain juga
lebih detail sedikit lagi dideskripsikan berbaur dengan alur dan penokohan.
*Duh, belagu banget ya, aku? Tapi serius, jadi terasa nggak ada beda Sydney
dengan kota-kota lain di luar negeri. Sori.* Tapi detail tempat lainnya, okelah
bisa dibayangkan sebagaimana biasanya.
Kekurangan
lainnya adalah teknis, namun tak banyak. Seperti dua foto berikut:
- Kata samar
- Penulisan font narasi yang ikut font surat
Kemudian hal baru di sini, jujur, buatku yang bikin penasaran itu alunan Canon in D major kesukaan Mama Beth. Mau tahu? Nih, simak:
*Beneran
itu kan, Emma?* :p Ternyata pernah denger tapi baru tahu namanya :)
Ramuan
Emma untuk Beth dan Rick cukup bikin jungkir balik perasaan. Terima kasih sudah
menghadirkan karakter pujaanku seperti Rick dan dunia yang mereka geluti di
bidang media. Hidupku sekarang tak jauh-jauh dari dunia FashionSheet walaupun
tak sepenuhnya begitu.
Terus, 'keunikan' Emma di sini, menghadirkan identitas usia tokoh secara gamblang justru di akhir cerita. Di awal cerita memang dijelaskan secara implisit dari pekerjaan dan aktivitas tokoh yang bisa bikin pembaca menebak usia berapa, sih tokohnya (walaupun memang labelnya novel Young Adult, yang sasarannya usia 18-25 tahun). Soalnya, takutnya nih kadung suka sama Rick, ternyata brondong. And, WTH ... benar saja, Rick brondong! Hahaha. But it's okay, tetap bisa bikin jatuh hati! Buahahaha.
Terus, 'keunikan' Emma di sini, menghadirkan identitas usia tokoh secara gamblang justru di akhir cerita. Di awal cerita memang dijelaskan secara implisit dari pekerjaan dan aktivitas tokoh yang bisa bikin pembaca menebak usia berapa, sih tokohnya (walaupun memang labelnya novel Young Adult, yang sasarannya usia 18-25 tahun). Soalnya, takutnya nih kadung suka sama Rick, ternyata brondong. And, WTH ... benar saja, Rick brondong! Hahaha. But it's okay, tetap bisa bikin jatuh hati! Buahahaha.
Bagi
kamu yang ingin membaca kisah manis dan hangat, plus dibaca dalam waktu beberapa
jam saja tapi ngena ke emosimu, coba baca Re-Write.
Novel
ini memang romance tapi selebihnya,
ada kisah yang akan bikin mata hati kamu terbuka. Hidup itu perihal merelakan,
melepaskan, dan bersiap menerima kembali ganti yang telah pergi. Re-write apa
yang masih bisa kamu susun kembali. Seperti Beth alami. Selamat ‘menulis’
(hidup) kembali :)
Terima kasih untuk Mas Ijul dan Emma yang telah memberiku kesempatan membaca kisah yang bikin hati meleleh. Kalau aku boleh bilang, novel ini semacam kue kukus: manis, lembut, dan bikin kalem :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ditunggu kritik dan saran membangun yah :)