Minggu, 01 Desember 2013

Aku dan Dia yang Tersekat Benteng Raksasa


credit
Namanya Ro...
Dia cowok tampan -menurutku- menyebalkan kala itu. Iya, ketika aku masih duduk di bangku SMA kelas X (sepuluh).
Aku tahu dirinya sebagai siswa superior semenjak di bangku SMP. Ya, kami satu sekolah SMP dan SMA. Pertama aku tahu dia bersama gengnya semasa SMP, aku tahu betul dia itu dari kalangan parlente. Ternyata benar. Keluarganya donatur di sekolah kami, baik SMP maupun SMA. Tapi ketika SMP aku tak menggubrisnya. Aku menyudutkan sebelah mataku padanya. Dia tak ada menariknya sama sekali!
Tapi...
Berbeda kala aku masuk SMA. Kami satu kelas di sebuah kelas majemuk suku, budaya, dan agama. Di sana aku mengenalnya “lebih dekat”. Dia jadi lebih kurus ketimbang SMP, penampilannya so stylish dengan barang-barang branded dari ujung rambut hingga kaki. Tapi... pun begitu, dia tak sepopuler teman dekatnya di kalangan wanita. Kasihan dia, mengejar satu wanita saja harus “cerai bangku” sama teman dekatnya. Setahuku juga, tak banyak cewek yang mengidolakannya. Sebab, yang kutahu dari seorang kawan yang juga punya “pengaruh” di sekolah, Ro merupakan pribadi bossy bin resek. Aku akui memang begitu. Tapi entah, aku tak memandang itu sebagai keburukan. Ya, positif saja mikirnya, dia dermawan. Titik. Tapi yang menyebalkan sekaligus mendebarkanku adalah ketika dia usil menjodohkanku dengan seorang kawannya. Heboh sekali. Aku jadi tersanjung tapi juga minder. Apa pantas aku dijodoh-jodohkan dengan kawannya itu? -melihatku yang amat standar dalam penampilan dan “warisan” lahiriahku-. Well, alih-alih aku menyukai kawan Ro, aku justru lebih dekat dengan Ro dengan dalih menanyakan kabar si kawannya. Aku senaaanng bukan main bila bercengkerama dengan Ro. Menatap mata dan ekspresi wajahnya saja selalu suka. Entah, dia tersenyum, mengejek, membisu, jengkel, marah, aku suka! Sampai aku tersadar... jantungku makin lama makin tak bisa dikontrol untuk tidak berdebar kencang. Selalu terasa digedor-gedor palu paku bumi! Ya, aku jatuh cinta padanya.
Menyadari aku mencintainya, aku mulai menghindarinya bahkan ketika berpapasan di jalan aku berusaha mengalihkan ruteku walau lebih panjang lagi untuk sampai ke tempat tujuan. Kenapa? Aku tak kuasa berhadapan dengannya. Aku takut ia tahu I’m so paralyzed ketika bertemu dengannya. Takut dia mengejekku.
Waktu semakin maju, meninggalkan masa lalu. Semenjak kuliah aku tak pernah bertemu dengannya bahkan sampai detik ini, meskipun kami satu kota. Tapi menghirup udara yang sama dan berpijak di tanah yang sama membuatku nyaman. Tak peduli dia sedang bersama siapa. Sebab aku selalu memikirnya dan alam bawah sadarku berkonspirasi untuk menyimpannya di sebuah kotak ajaib. Ya, Ro selalu ada dalam kotak ajaib alam bawah sadarku, menyesak ke setiap dindingnya dan “terealisasi” dalam mimpi. Ya, mimpi. Hanya itu. Menyedihkan bukan? Mencintai seseorang tapi hanya bisa menatapnya di dalam mimpi. Tapi, meskipun begitu aku pernah memberanikan diri untuk menghubunginya lewat pesan singkat. Aku girang bukan main ketika dia membalas pesanku walau itu hanya basa-basi. Pesan yang paling aku ingat adalah pesan darinya yang tak sengaja menginformasikan bahwa dirinya selama ini pacaran tiga kali dan semuanya, dialah pihak yang “tersakiti” alias diputusin duluan. Ya, ampun... dalam hati aku berkata “Aku di sini untukmu,”. Sempat ingin menangis aku kala itu. Mencintai orang yang sama sekali tak bisa diraih bahkan hanya “melirik” kita barang hanya satu “lirikan” saja.
Ya,tak bisa diraih...
Kami berbeda dalam banyak hal. Tapi perbedaan paling mendasar yang aku sendiri sadar tidak mungkin aku meneruskan perasaanku padanya adalah perbedaan keyakinan. Aku sih, tak peduli kami dari etnis yang berbeda, justru itu yang aku cari dari calon suamiku nanti! Tapi untuk keyakinan, maaf. Itu prinsip sampai mati.
Sampai akhirnya cinta gila sepihakku semasa SMA “menjinak” seiring berjalannya waktu. Sekarang. Dan keberanianku muncul untuk mengutarakan apa yang pernah kurasakan padanya.
Sekitar, dua bulan lalu aku mengungkapkan cintaku padanya lewat sebuah pesan singkat untuk Ro yang sedang menuntut ilmu di negeri seberang.
 Sungguh aku terharu dan lega. Akhirnya setelah tujuh tahun...
Terharu karena melalui pesan singkatnya, aku menangkap  bahwa ia begitu welcome dengan perasaanku.
Lega sebab aku tak menanggung beban perasaan lagi. Tidak penasaran lagi bagaimana reaksinya dan reaksiku sendiri.
Ya, dia telah berubah jadi lebih baik. Tampaknya. Aku kira dia akan mengejekku. Aku memang tak tahu bagaimana ekspresi wajahnya tapi dari bahasa tulisannya kala itu, aku tahu dia tulus walau tetap tak  pernah –dan tak akan pernah- tersirat dia memiliki minat padaku.
Bukan masalah. Hidupku lebih enteng kini. Dan terus berlanjut menyongsong hari esok lebih cerah. Lebih bisa move on.
Tapi harus kuakui, hanya Ro yang mengakar kuat di dinding alam bawah sadarku.
Hhhh.. lucu. Cinta sepihak yang tak akan pernah aku amnesia dibuatnya.
Suatu hari, mungkin ada yang menggantikan atau menindih memori-memori Ro dan lebih kuat mengurat akar di alam bawah sadarku. Semoga.
Untuk Ro, jika suatu hari ada keajaiban membuatmu membaca ini dan kamu paham tulisanku ini... terima kasih, secara tidak langsung kamu memberiku pembelajaran sendiri.
Tentang cinta lintas etnis
Perbedaan prinsip
Cinta diam-diam
Cinta bertepuk sebelah tangan
Ketulusan menerima perasaan orang yang mencintai kita walau kita tidak cinta
Dan semuanya...
Terima kasih
Semoga hidupmu bahagia.
Aku ingin berjalan kembali, melanjutkan hidupku yang yah... selama ini sudah selalu berjalan walau harus menahan cinta sepihakku.

-selesai-





 *Ditulis untuk event Moment to Remember #MTR2013 oleh Bety dan Momo dengan tema "Love"



4 komentar:

  1. Terima kasih sudah bersedia share. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haiiii, Mbak...:)
      Aku yg justru trm ksh sdh diadain ajang kayak gini. Banyak manfaatnya!
      Trm ksh sdh "melirik" tulisanku Mbak :)

      Hapus
  2. pernah cinta dengan lintas agama.. tapi ya tau lah gimana bedanya kita :')
    yuk tetep semangat... Makasih udah share :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mbak Sari... salam kenal & trims banyak sudah mampir :)
      Blog Mbak juga bagus-bagus :)
      Kalau begitu toss dulu, Mbak samaan kisahnya -dulu, sih- :p
      Jangan bosen-bosen baca "kisah"ku ya, Mbak, kalau lain waktu berkunjung ke sini lagi hehehe

      Hapus

Ditunggu kritik dan saran membangun yah :)